Sukses

[VIDEO] Rumah Layak Huni Berkat Arisan ala Iwan Darmawan

Dengan arisan rumah ala Iwan Darmawan, warga Desa Sendang Asih, Sendang Agung, Lampung Tengah, kini bisa tinggal di rumah layak huni.

Semula warga desa terpencil di Lampung Tengah tinggal di rumah yang kondisinya memprihatinkan. Tapi berkat ketekunan Iwan Darmawan, warga bisa memiliki rumah yang layak berkat arisan rumah yang digagasnya.

Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Minggu (7/7/2013), suasana asri begitu terasa di Desa Sendang Asih, Kecamatan Sendang Agung, Lampung Tengah, Lampung. Warga yang tinggal di kaki Bukit Way Waya itu umumnya transmigran asal Pulau Jawa yang berprofesi sebagai petani kakao, bahan baku coklat.

Dulu kondisi rumah warga desa umumnya sederhana. Dinding beranyam bambu, beratap daun kelapa. Bila hujan bocor dan tampias bahkan udara dingin selalu terasa.

"Kalau ada angin kita takut roboh karena dulu masih rumah hasil tebangan (kayu)," kata Sobrin. salah seorang warga.

"Dulu rumahnya cuma papan sangat menyedihkan. Kalau hujan bocor ke mana-mana," kata Suprihatin, warga lainnya.

Sekarang, kondisi telah jauh berbeda. Sebagian besar warga desa tinggal dalam rumah-rumah layak huni berdinding batu bata, dilapisi semen dan dicat. Hampir seluruh rumah sehat itu dibangun melalui progam arisan rumah yang dimotori Iwan Darmawan.

"Awalnya cuma kumpul waktu acara yasinan saja dan arisan rumah hanya dimiliki kalangan internal yang ikut ngaji saja. Kemudian itu dikembangkan dan saya ditunjuk jadi ketua arisan supaya kegiatan bejalan," kenang Iwan Darmawan.

Saat ini, peserta arisan rumah dalam kelompok Iwan mencapai 22 kepala keluarga. Arisan digelar 2 kali setahun usai panen. Iuran anggota tiap arisan bukan uang tetapi berupa bahan-bahan bangunan yakni 3 sak semen dan 3 kantong paku serta makanan untuk gotong royong. Mereka juga mengumpulkan 10 kilogram beras dan satu pak rokok sebagai logistik setiap membangun rumah. Ratusan warga desa bahu-membahu tanpa dibayar.

Teman-teman hanya membantu material yang dananya hanya untuk beberapa sak semen. Artinya arisan itu tidak dikocok. Misalnya ada yang bilang, 'Pak, saya sudah siap panen, besok saya narik'," kata Iwan.

Semua itu berawal pada 1996, saat istri iwan kembali dari Jakarta ke kampung halaman di Lampung. Iwan yang tidak tamat SD itu menyusul sang istri. Ia pun menemukan jalan sebagai relawan penjaga hutan.

Tak lama, Iwan mendirikan Kelompok Masyarakat Petani Pelindung Kawasan (KMPPK) dengan tujuan mengajak warga bersama-sama menjaga hutan dan hidup berdampingan dengan hutan. Sebagai mantan preman di Jakarta, upaya Iwan tidak selalu berjalan mulus.

"Sempat ada penolakan diri saya secara tidak langsung tapi hanya dengan bahasa tubuh (body language) mengacuhkan saya. Sehingga dengan jerih payah Pak Bayan mengajak saya untuk diperkenalkan menanamkan moral dan mental," jelas Iwan.

Waktu itu, Iwan telah mengenal gerakan arisan rumah. Berkat dorongan Iwan, warga Sendang Asih siap ikut serta. Sekarang, warga desa tinggal di tempat yang nyaman berdampingan dengan hutan yang terjaga.

Sepak terjang Iwan telah diakui. Lembaga lingkungan bertaraf internasional Heifer mengangkat iwan menjadi Duta Konservasi Hutan. Ia juga mendapatkan berbagai penghargaan dari pemerintah. Bagi Iwan, perjuangan belum selesai. Iwan berharap semakin banyak warga desa hidup dengan layak di tengah alam yang lestari. (Adi/Yus)