Berbagai masalah dalam pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) terus bermunculan di Situbondo, Jawa Timur. Sejumlah janda tua renta pun menjadi korban salah sasaran pemberian bantuan tersebut.
Pantauan Liputan 6 SCTV Senin (8/7/2013), salah satu janda tua renta yang tak mendapat BLSM adalah Riknami. Nenek berusia 76 tahun warga Desa Tambak Ukir Situbondo Jawa Timur, yang hidup sebatangkara di rumah dengan kayu lapuk itu luput dari pendataan penerima BLSM.
Padahal dana itu sangat dibutuhkan untuk membantu hidupnya yang serba kekurangan. Untuk bertahan hidup, setiap hari sang nenek bekerja mencari bunga kamboja yang dikeringkan dan dijual ke pasar tradisional. Namun jika tidak cukup, Riknami kerap dibantu para tetangga untuk bisa bertahan hidup.
"Saya nggak terdata BLSM. Sebenarnya saya juga ingin dapat BLSM, karena keadaan saya begini, tapi kalau emang sudah nggak dapat, saya bisa apa," kata Riknami.
Kondisi serupa juga dialami Sanaima, janda tua berusia 76 tahun yang beralamat di Desa Tambak Ukir Situbondo itu juga tidak mendapatkan BLSM. Sanaima yang tinggal di rumah kayu berukuran 3x2 meter persegi itu hanya bekerja sebagai pemungut sisa padi saat panen.
Untuk program kesehatan lain seperti Jamkesmas dan bantuan langsung tunai sebelumnya ia mendapat jatah, namun untuk BLSM kali ini ternyata luput dari pendataan. Anehnya, menurut beberapa ketua RT dan tokoh masyarakat desa setempat, justru warga menengah ke atas yang mendapat BLSM.
"Pembagian BLSM salah sasaran ini. Masa yang janda tua seperti itu nggak kebagian," kata Kuddus, tokoh masyarakat setempat.
Berdasarkan data dari kantor pos, jumlah penerima BLSM di Situbondo Jawa Timur mencapai 64 ribu jiwa lebih. Sebelum menyalurkan BLSM, pihak kantor pos pun sudah mendistribusikan KPS sebagai tanda sah penerima bantuan kompensasi atas kenaikan harga BBM. (Tnt/Mut)
Pantauan Liputan 6 SCTV Senin (8/7/2013), salah satu janda tua renta yang tak mendapat BLSM adalah Riknami. Nenek berusia 76 tahun warga Desa Tambak Ukir Situbondo Jawa Timur, yang hidup sebatangkara di rumah dengan kayu lapuk itu luput dari pendataan penerima BLSM.
Padahal dana itu sangat dibutuhkan untuk membantu hidupnya yang serba kekurangan. Untuk bertahan hidup, setiap hari sang nenek bekerja mencari bunga kamboja yang dikeringkan dan dijual ke pasar tradisional. Namun jika tidak cukup, Riknami kerap dibantu para tetangga untuk bisa bertahan hidup.
"Saya nggak terdata BLSM. Sebenarnya saya juga ingin dapat BLSM, karena keadaan saya begini, tapi kalau emang sudah nggak dapat, saya bisa apa," kata Riknami.
Kondisi serupa juga dialami Sanaima, janda tua berusia 76 tahun yang beralamat di Desa Tambak Ukir Situbondo itu juga tidak mendapatkan BLSM. Sanaima yang tinggal di rumah kayu berukuran 3x2 meter persegi itu hanya bekerja sebagai pemungut sisa padi saat panen.
Untuk program kesehatan lain seperti Jamkesmas dan bantuan langsung tunai sebelumnya ia mendapat jatah, namun untuk BLSM kali ini ternyata luput dari pendataan. Anehnya, menurut beberapa ketua RT dan tokoh masyarakat desa setempat, justru warga menengah ke atas yang mendapat BLSM.
"Pembagian BLSM salah sasaran ini. Masa yang janda tua seperti itu nggak kebagian," kata Kuddus, tokoh masyarakat setempat.
Berdasarkan data dari kantor pos, jumlah penerima BLSM di Situbondo Jawa Timur mencapai 64 ribu jiwa lebih. Sebelum menyalurkan BLSM, pihak kantor pos pun sudah mendistribusikan KPS sebagai tanda sah penerima bantuan kompensasi atas kenaikan harga BBM. (Tnt/Mut)