Dua tim sepak bola, Merah dan Putih, sedang bertanding di sebuah lapangan kecil. Tim itu terdiri dari anak-anak. Bukan dari sekolah sepak bola yang sedang ikut turnamen. Mereka hanya anak-anak korban gempa di Kabupaten Aceh Tengah.
Anak-anak itu mengejar dan menendang si kulit bundar dengan tawa lepas. Padahal di pundak mereka ada beban pascagempa mengguncang tanah kelahiran mereka Selasa 2 Juli 2013 lalu.
Di Posko Tanggap Darurat Polda Aceh, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah ini, anak-anak memang butuh hiburan. Demi melepas rasa trauma. "Biar bangkit lagi semangat mereka," ujar Kapolda Aceh, Inspektur Jenderal Polisi Herman Effendi di Posko Tanggap Darurat Polda Aceh, Senin (8/7/2013).
Sejak hari kedua pascagempa, Polda Aceh bersama tim penanggulangan bencana lainnya sengaja memberikan hiburan kepada anak-anak korban gempa. Khususnya hiburan tanding sepak bola setiap sore.
"Biar mereka terlepas dari rasa trauma. Gempa kemarin jelas juga mengguncang jiwa mereka. Jadi butuh hiburan seperti ini," kata Herman.
Pertandingan ini dipandu oleh beberapa petugas polisi dari Polda Aceh. Ada yang menjadi wasit. Ada yang menjadi komentator.
Sejumlah pengungsi dan tim penanggulangan bencana lain jadi "penonton". Sesekali mereka tepuk tangan atau menyemangati anak-anak mengejar bola.
Waktu terus berlalu. Senja kian mendekati malam. Tapi anak-anak itu tetap ceria bermain sepak bola. Sebuah olahraga yang begitu digemari mayoritas penghuni bumi. (Sul)
Anak-anak itu mengejar dan menendang si kulit bundar dengan tawa lepas. Padahal di pundak mereka ada beban pascagempa mengguncang tanah kelahiran mereka Selasa 2 Juli 2013 lalu.
Di Posko Tanggap Darurat Polda Aceh, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah ini, anak-anak memang butuh hiburan. Demi melepas rasa trauma. "Biar bangkit lagi semangat mereka," ujar Kapolda Aceh, Inspektur Jenderal Polisi Herman Effendi di Posko Tanggap Darurat Polda Aceh, Senin (8/7/2013).
Sejak hari kedua pascagempa, Polda Aceh bersama tim penanggulangan bencana lainnya sengaja memberikan hiburan kepada anak-anak korban gempa. Khususnya hiburan tanding sepak bola setiap sore.
"Biar mereka terlepas dari rasa trauma. Gempa kemarin jelas juga mengguncang jiwa mereka. Jadi butuh hiburan seperti ini," kata Herman.
Pertandingan ini dipandu oleh beberapa petugas polisi dari Polda Aceh. Ada yang menjadi wasit. Ada yang menjadi komentator.
Sejumlah pengungsi dan tim penanggulangan bencana lain jadi "penonton". Sesekali mereka tepuk tangan atau menyemangati anak-anak mengejar bola.
Waktu terus berlalu. Senja kian mendekati malam. Tapi anak-anak itu tetap ceria bermain sepak bola. Sebuah olahraga yang begitu digemari mayoritas penghuni bumi. (Sul)