Pemerintah melalui Menteri Agama Suryadharma Ali telah memutuskan 1 Ramadan 1434 H jatuh pada Rabu 10 Juli 2013. Walaupun ada perbedaan dalam penentuan awal puasa, Suryadharma meminta seluruh masyarakat dapat menghormati orang yang mulai berpuasa pada Selasa 9 Juli 2013 besok.
"Bagi yang tidak melaksanakan puasa pada tanggal 10 Juli, tetap dihormati. Begitu pula masyarakat harus menghormati mereka," kata Suryadharma usai sidang Isbat di Kementerian Agama, Jakarta, Senin (8/7/2013).
Menurutnya, perbedan itu disebabkan adanya kriteria penentuan posisi hilal yang masih berbeda-beda."Selama ada perbedaan kriteria hilal itu, maka penentuan awal Ramadan sangat mungkin," tambah Politisi PPP itu.
Pemerintah selama ini menentukan awal Ramadan dengan metode imkanul rukyat, yaitu metode hilal terlihat jika minimal tingginya 2 derajat. Kriteria ini digunakan oleh Majelis Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Sedangkan berdasarkan laporan dari 36 orang tim Kemenag di lapangan menunjukkan, pososi hilal masih berada pada minus 0 derajat 56 menit sampai dengan 0, 38 menit dan belum mencapai 2 derajat. Untuk itu, dalam posisi tersebut hilal belum nampak terlihat.
Sementara Muhammadiyah menyatakan, pihaknya telah menggunakan hisab dalam menetapkan awal Ramadan yang jatuh pada Selasa 9 Juli besok. Menurut Muhammadiyah, seharusnya jauh-jauh hari Kemenag mengundang ormas-ormas Islam untuk berdiskusi membahas metodologi penentuan Ramadan.
"Ini kan dibahas Badan Hisab dan Rukyat. Tapi, sepertinya metode hisab seperti dipinggirkan," ujar Ketua PP Muhamadiyah Yunahar Ilyas. (Ali)
"Bagi yang tidak melaksanakan puasa pada tanggal 10 Juli, tetap dihormati. Begitu pula masyarakat harus menghormati mereka," kata Suryadharma usai sidang Isbat di Kementerian Agama, Jakarta, Senin (8/7/2013).
Menurutnya, perbedan itu disebabkan adanya kriteria penentuan posisi hilal yang masih berbeda-beda."Selama ada perbedaan kriteria hilal itu, maka penentuan awal Ramadan sangat mungkin," tambah Politisi PPP itu.
Pemerintah selama ini menentukan awal Ramadan dengan metode imkanul rukyat, yaitu metode hilal terlihat jika minimal tingginya 2 derajat. Kriteria ini digunakan oleh Majelis Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Sedangkan berdasarkan laporan dari 36 orang tim Kemenag di lapangan menunjukkan, pososi hilal masih berada pada minus 0 derajat 56 menit sampai dengan 0, 38 menit dan belum mencapai 2 derajat. Untuk itu, dalam posisi tersebut hilal belum nampak terlihat.
Sementara Muhammadiyah menyatakan, pihaknya telah menggunakan hisab dalam menetapkan awal Ramadan yang jatuh pada Selasa 9 Juli besok. Menurut Muhammadiyah, seharusnya jauh-jauh hari Kemenag mengundang ormas-ormas Islam untuk berdiskusi membahas metodologi penentuan Ramadan.
"Ini kan dibahas Badan Hisab dan Rukyat. Tapi, sepertinya metode hisab seperti dipinggirkan," ujar Ketua PP Muhamadiyah Yunahar Ilyas. (Ali)