Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan 3 titik yang menjadi celah utama lokasi prediksi gempa megathrust. Gempa besar itu dapat terjadi di wilayah selatan Indonesia.
"Barat Daya Mentawai, Barat Daya Selat Sunda, dan Selatan Bali," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Prih Harjadi di Jakarta, Rabu (10/7/2013).
Berdasarkan analisa dan data BMKG, menurut dia, hanya 3 celah tersebut yang belum terjadi gempa. Artinya masih tersimpan tenaga yang besar di ketiga titik tersebut.
"Harapan kita (tenaga) dilepaskan bertahap jadi gempa tidak sebesar yang diperkirakan," ujar dia.
Meski sudah terjadi gempa 7,7 skala Richter (SR) di Mentawai pada 2010, namun menurut Prih, masih tersisa tenaga yang lebih besar di daerah Mentawai. Berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG ataupun para ilmuwan, kekuatan gempa megathrust tersebut bisa mencapai 8 SR, dan dampaknya akan sangat besar.
Sedangkan di barat daya Selat Sunda hingga ke Bengkulu, ia mengatakan juga belum tercatat adanya gempa. Berdasarkan penelitian paleo tsunami yang dilakukan di Labuan, Banten, deposit sisa tsunami belum terlihat lagi adanya peristiwa tsunami yang lebih dasyat dari 1883 saat Krakatau meletus.
"Jika dirilis analisa kita gempa bisa mencapai 8,7 SR. Meski sudah pernah gempa 7,7 SR di Pangandaran yang berdampak tsunami hingga ke Cilacap namun tenaga masih tersimpan untuk barat daya Selat Sunda hingga Bengkulu," jelas Prih.
Celah lain yang tersisa menyimpan tenaga besar, lanjutnya, terletak di selatan Bali. "Jika di Malang kemarin sudah ada gempa dan di selatan Sumba juga sudah pernah terjadi gempa dengan magnitude mencapai 8 SR maka yang tersisa celah di selatan Bali yang dapat mencapai 8SR," papar Prih.
Bukan Menakuti
Kepala BMKG Sri Woro B Harijono mengatakan, informasi tentang 3 celah gempa megathrust ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar masyarakat dapat selalu waspada terhadap ancaman gempa dan tsunami.
Belajar dari apa yang terjadi di Sumatera Barat, menurut dia, awareness telah dimiliki tetapi cara evakuasi masih banyak salah, seperti menggunakan kendaraan bermotor.
Gempa megathrust adalah gempa yang terjadi pada zona subduksi di batas lempeng di mana satu lempeng tektonik mendorong lempeng lainnya sehingga terjadi subduksi dan menimbulkan getaran (gempa). Hal ini menyebabkan salah satu lempeng akan bergerak turun sedangkan yang lainnya bergerak naik.
Gempa ini hanya terjadi di batas lempeng yang dangkal, yang dekat dengan permukaan bumi sehingga dapat menghasilkan gempa yang sangat dahsyat hingga di atas 9 SR. (Ant/Mut)
"Barat Daya Mentawai, Barat Daya Selat Sunda, dan Selatan Bali," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Prih Harjadi di Jakarta, Rabu (10/7/2013).
Berdasarkan analisa dan data BMKG, menurut dia, hanya 3 celah tersebut yang belum terjadi gempa. Artinya masih tersimpan tenaga yang besar di ketiga titik tersebut.
"Harapan kita (tenaga) dilepaskan bertahap jadi gempa tidak sebesar yang diperkirakan," ujar dia.
Meski sudah terjadi gempa 7,7 skala Richter (SR) di Mentawai pada 2010, namun menurut Prih, masih tersisa tenaga yang lebih besar di daerah Mentawai. Berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG ataupun para ilmuwan, kekuatan gempa megathrust tersebut bisa mencapai 8 SR, dan dampaknya akan sangat besar.
Sedangkan di barat daya Selat Sunda hingga ke Bengkulu, ia mengatakan juga belum tercatat adanya gempa. Berdasarkan penelitian paleo tsunami yang dilakukan di Labuan, Banten, deposit sisa tsunami belum terlihat lagi adanya peristiwa tsunami yang lebih dasyat dari 1883 saat Krakatau meletus.
"Jika dirilis analisa kita gempa bisa mencapai 8,7 SR. Meski sudah pernah gempa 7,7 SR di Pangandaran yang berdampak tsunami hingga ke Cilacap namun tenaga masih tersimpan untuk barat daya Selat Sunda hingga Bengkulu," jelas Prih.
Celah lain yang tersisa menyimpan tenaga besar, lanjutnya, terletak di selatan Bali. "Jika di Malang kemarin sudah ada gempa dan di selatan Sumba juga sudah pernah terjadi gempa dengan magnitude mencapai 8 SR maka yang tersisa celah di selatan Bali yang dapat mencapai 8SR," papar Prih.
Bukan Menakuti
Kepala BMKG Sri Woro B Harijono mengatakan, informasi tentang 3 celah gempa megathrust ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar masyarakat dapat selalu waspada terhadap ancaman gempa dan tsunami.
Belajar dari apa yang terjadi di Sumatera Barat, menurut dia, awareness telah dimiliki tetapi cara evakuasi masih banyak salah, seperti menggunakan kendaraan bermotor.
Gempa megathrust adalah gempa yang terjadi pada zona subduksi di batas lempeng di mana satu lempeng tektonik mendorong lempeng lainnya sehingga terjadi subduksi dan menimbulkan getaran (gempa). Hal ini menyebabkan salah satu lempeng akan bergerak turun sedangkan yang lainnya bergerak naik.
Gempa ini hanya terjadi di batas lempeng yang dangkal, yang dekat dengan permukaan bumi sehingga dapat menghasilkan gempa yang sangat dahsyat hingga di atas 9 SR. (Ant/Mut)