Kerusuhan yang berakhir dengan kebakaran, di Lapas Tanjung Gusta, Medan diduga telah direncanakan oleh para napi. Bahkan napi sempat merebut senjata api milik para sipir atau penjaga lapas.
"Kerusuhannya sudah dipersiapkan terlebih dulu. Mereka sudah persiapkan semuanya. Hingga berakhir kebakaran," kata koresponden SCTV, Tuti Alawiyah melalui telepon, Kamis (11/7/2013).
Menurut Tuti, kejadian itu bermula sekitar pukul 18.00 WIB, para napi berunjuk rasa karena kurangnya pasokan air akibat listrik padam.
"Ketika napi tidak diperlakukan secara manusiawi. Apalagi ini bulan puasa, mereka berharap lebih," ujar Tuti.
Aksi tersebut, lanjutnya, berubah menjadi ricuh. Kemudian para napi berusaha melakukan aksi pembakaran. Namun Tuti tidak mengetahui bagaimana cara para napi itu menyulut api. Menurut dia, dalam aksi unjuk rasa itu para napi menjadikan sejumlah sipir sebagai tawanan.
"Mereka melempari ke sipir yang akan melakukan pergantian shift," papar Tuti.
Para sipir, lanjutnya, dibuat tak berdaya oleh para napi yang jumlahnya mencapai ribuan. Sebab sipir sama sekali tidak menduga insiden itu akan terjadi. Sehingga banyak napi yang menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.
"Mereka mencari jalan untuk lari. Mengambil alih senjata, termasuk senjata api punya sipir," sambungya.
Pasca-kerusuhan berujung kebakaran itu, keadaan lapas itu masih tegang. Sejumlah pihak keamanan, seperti polisi dan sipir, masih berusaha mengejar para napi yang kabur. Selain itu, petugas pemadam masih berupaya untuk memadamkan api dan sejumlah petugas lainnya masih berkonsentrasi menenangkan keadaan di lapas itu. (Yog/Tnt)
"Kerusuhannya sudah dipersiapkan terlebih dulu. Mereka sudah persiapkan semuanya. Hingga berakhir kebakaran," kata koresponden SCTV, Tuti Alawiyah melalui telepon, Kamis (11/7/2013).
Menurut Tuti, kejadian itu bermula sekitar pukul 18.00 WIB, para napi berunjuk rasa karena kurangnya pasokan air akibat listrik padam.
"Ketika napi tidak diperlakukan secara manusiawi. Apalagi ini bulan puasa, mereka berharap lebih," ujar Tuti.
Aksi tersebut, lanjutnya, berubah menjadi ricuh. Kemudian para napi berusaha melakukan aksi pembakaran. Namun Tuti tidak mengetahui bagaimana cara para napi itu menyulut api. Menurut dia, dalam aksi unjuk rasa itu para napi menjadikan sejumlah sipir sebagai tawanan.
"Mereka melempari ke sipir yang akan melakukan pergantian shift," papar Tuti.
Para sipir, lanjutnya, dibuat tak berdaya oleh para napi yang jumlahnya mencapai ribuan. Sebab sipir sama sekali tidak menduga insiden itu akan terjadi. Sehingga banyak napi yang menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.
"Mereka mencari jalan untuk lari. Mengambil alih senjata, termasuk senjata api punya sipir," sambungya.
Pasca-kerusuhan berujung kebakaran itu, keadaan lapas itu masih tegang. Sejumlah pihak keamanan, seperti polisi dan sipir, masih berusaha mengejar para napi yang kabur. Selain itu, petugas pemadam masih berupaya untuk memadamkan api dan sejumlah petugas lainnya masih berkonsentrasi menenangkan keadaan di lapas itu. (Yog/Tnt)