Cirahong, begitu jembatan itu disebut. Letaknya di Desa Manonjaya, Tasikmalaya. Di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dengan Ciamis, Jawa Barat. Jembatan ini dibangun pada zaman penjajahan Belanda, atau tepatnya pada 1893.
Panjangnya mencapai 200 meter. Lebarnya tak lebih dari 2 meter. Dua penyanga beton setinggi 46 meter terlihat kokoh menopangnya. Di bagian atas, besi-besi terlihat saling bersilang, menjaga bentang Cirahong, dari ujung ke ujung. Sepintas, tampak kokoh, perkasa.
Di atas jembatan, terdapat rel kereta api jurusan Bandung-Surabaya. Hingga kini, jalur tersebut masih aktif. Namun, jika ditilik lebih dekat, sungguh miris. Di sejumlah titik tampak kerusakan, terutama di bagian landasan yang terbuat dari bilah-bilah kayu setebal 20 sentimeter.
Lembaran-lembaran kayu yang ditata itu terlihat banyak yang bolong, tidak terpaku ke tulang landasan jembatan. Jika kayu itu patah sedikit saja saat dilintasi, tak urung nyawa orang yang melintas jadi taruhannya. Sebab, jembatan itu dibangun di atas derasnya arus kali Citanui yang bermuara ke Laut Kidul.
"Dulu landasannya dari kayu jati, tapi kalau sekarang kayu apa saja, yang ada saja, campuran," kata salah seorang warga yang berjaga di Pos Tasikmalaya, Amri (89), saat ditemui di lokasi jembatan, Sabtu (13/7/2013).
Karena jembatan ini tak cukup lebar, terpaksa kendaraan roda dua ataupun roda empat yang akan melintas harus bergantian. Maka, warga sekitar bergotong-royong untuk mengatur lalu lintas dari kedua arahnya. "Di sana (Tasikmalaya) ada pos juga. Koordinasinya ya sampai kendaraan terakhir yang lewat dari sana," ujar Amri.
Meski penuh rasa was-was, masyarakat sekitar lebih memilih menggunakan Jembatan Cirahong ini. Khususnya mereka yang beraktivitas dari Ciamis ke Tasikmalaya ataupun sebaliknya. Tidak ada pilihan lain bagi warga untuk mempercepat mobilitas mereka.
"Ya kurang nyaman saja. Kayunya banyak yang bolong. Tapi yang terdekat ini. Ada sih jalan, tapi jauh harus muter," kata salah satu warga Tasikmalaya, Nudin (36).
Kala malam, jembatan tersebut tetap dibuka. Sejumlah petugas berjaga selama 24 jam, mengatur arus kendaraan yang akan melintas di atas Jembatan Cirahong. Di bulan Ramadan ini, intensitas kendaraan yang melintas bisa 10 kali lipat dari biasanya.
Saat ini Jembatan Cirahong tengah diperbaiki oleh Bina Marga setempat. Perbaikan dari APBD Ciamis senilai Rp 87 juta itu ditargetkan selesai 60 hari kalender, terhitung sejak 14 Juni 2013.
"Pemeliharaan 2 kali setahun. Ini lagi tunggu kayunya. Karena kan kayunynya tidak ada sembarang di toko material," ungkap Adang, salah seorang penjaga pos Jembatan Cirahong. (Tya/Eks)
Panjangnya mencapai 200 meter. Lebarnya tak lebih dari 2 meter. Dua penyanga beton setinggi 46 meter terlihat kokoh menopangnya. Di bagian atas, besi-besi terlihat saling bersilang, menjaga bentang Cirahong, dari ujung ke ujung. Sepintas, tampak kokoh, perkasa.
Di atas jembatan, terdapat rel kereta api jurusan Bandung-Surabaya. Hingga kini, jalur tersebut masih aktif. Namun, jika ditilik lebih dekat, sungguh miris. Di sejumlah titik tampak kerusakan, terutama di bagian landasan yang terbuat dari bilah-bilah kayu setebal 20 sentimeter.
Lembaran-lembaran kayu yang ditata itu terlihat banyak yang bolong, tidak terpaku ke tulang landasan jembatan. Jika kayu itu patah sedikit saja saat dilintasi, tak urung nyawa orang yang melintas jadi taruhannya. Sebab, jembatan itu dibangun di atas derasnya arus kali Citanui yang bermuara ke Laut Kidul.
"Dulu landasannya dari kayu jati, tapi kalau sekarang kayu apa saja, yang ada saja, campuran," kata salah seorang warga yang berjaga di Pos Tasikmalaya, Amri (89), saat ditemui di lokasi jembatan, Sabtu (13/7/2013).
Karena jembatan ini tak cukup lebar, terpaksa kendaraan roda dua ataupun roda empat yang akan melintas harus bergantian. Maka, warga sekitar bergotong-royong untuk mengatur lalu lintas dari kedua arahnya. "Di sana (Tasikmalaya) ada pos juga. Koordinasinya ya sampai kendaraan terakhir yang lewat dari sana," ujar Amri.
Meski penuh rasa was-was, masyarakat sekitar lebih memilih menggunakan Jembatan Cirahong ini. Khususnya mereka yang beraktivitas dari Ciamis ke Tasikmalaya ataupun sebaliknya. Tidak ada pilihan lain bagi warga untuk mempercepat mobilitas mereka.
"Ya kurang nyaman saja. Kayunya banyak yang bolong. Tapi yang terdekat ini. Ada sih jalan, tapi jauh harus muter," kata salah satu warga Tasikmalaya, Nudin (36).
Kala malam, jembatan tersebut tetap dibuka. Sejumlah petugas berjaga selama 24 jam, mengatur arus kendaraan yang akan melintas di atas Jembatan Cirahong. Di bulan Ramadan ini, intensitas kendaraan yang melintas bisa 10 kali lipat dari biasanya.
Saat ini Jembatan Cirahong tengah diperbaiki oleh Bina Marga setempat. Perbaikan dari APBD Ciamis senilai Rp 87 juta itu ditargetkan selesai 60 hari kalender, terhitung sejak 14 Juni 2013.
"Pemeliharaan 2 kali setahun. Ini lagi tunggu kayunya. Karena kan kayunynya tidak ada sembarang di toko material," ungkap Adang, salah seorang penjaga pos Jembatan Cirahong. (Tya/Eks)