Seorang perempuan separuh baya menangis di depan gerbang Lembaga Permasyarakatan (LP) Tanjung Gusta di Medan, Sumatera Utara. Ibu bernama Nusari ini sedih ketika tak bisa menjenguk Tarmizi Mirja, sang anak yang menjadi salah satu tahanan di Lapas Tanjung Gusta. Pasca-kerusuhan yang terjadi di lapas itu, Nusari tak henti-hentinya mencemaskan Tarmizi.
"Saya ndak boleh masuk, alasannya belum ada tempat," keluh Nusari kepada Liputan6.com di Medan, Sumatera Utara, Minggu (14/7/2013). "Kata Kalapas, 'Sabarlah, Bu. Belum ada tempat'. Tapi mau bilang apa, ya sabarlah."
Nusari menuturkan, Tarmizi anaknya, tak ikut kabur saat ratusan napi lainnya melarikan diri dari lapas, Kamis 11 Juli kemarin. Perempuan berkerudung ini pun bersyukur saat mengetahui jika anaknya yang sudah menjalani 2 tahun masa hukuman atas kasus narkoba itu berada dalam kondisi selamat. Sementara ada 5 jiwa melayang saat kerusuhan terjadi.
"Dia tak mau lari, karena waktu itu masih buka puasa. Alhamdulillah dia nggak pigi (pergi), nggak lari dari tahanan. Aku minta ke dia biar tenang dulu sampai masa tahannya habis. Makanya aku bawakan dia makanan, mau lihat kondisinya. Tapi tak boleh pula kita menjenguknya," ucap Nusari sembari masih terisak-isak.
Sementara itu saat ditemui secara terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut Budi Sulaksana menyatakan jika pihaknya memang belum mengizinkan keluarga para napi datang menjenguk. Ruang tunggu keluarga belum tersedia karena habis terbakar pada kerusuhan di LP Tanjung Gusta.
"Iya itu penjenguk belum diperkenankan karena memang bangunan untuk penjenguk belum ada, kemarin kan termasuk yang dibakar. Maka kalau jenguk nggak ada tempatnya gimana? Sementara kami larang dulu, tapi karena memang kondisi belum memungkinkan," ucap Budi.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, ruang tunggu pengunjung bagi keluarga napi kini telah rata dengan tanah. (Ndy/Ism)
"Saya ndak boleh masuk, alasannya belum ada tempat," keluh Nusari kepada Liputan6.com di Medan, Sumatera Utara, Minggu (14/7/2013). "Kata Kalapas, 'Sabarlah, Bu. Belum ada tempat'. Tapi mau bilang apa, ya sabarlah."
Nusari menuturkan, Tarmizi anaknya, tak ikut kabur saat ratusan napi lainnya melarikan diri dari lapas, Kamis 11 Juli kemarin. Perempuan berkerudung ini pun bersyukur saat mengetahui jika anaknya yang sudah menjalani 2 tahun masa hukuman atas kasus narkoba itu berada dalam kondisi selamat. Sementara ada 5 jiwa melayang saat kerusuhan terjadi.
"Dia tak mau lari, karena waktu itu masih buka puasa. Alhamdulillah dia nggak pigi (pergi), nggak lari dari tahanan. Aku minta ke dia biar tenang dulu sampai masa tahannya habis. Makanya aku bawakan dia makanan, mau lihat kondisinya. Tapi tak boleh pula kita menjenguknya," ucap Nusari sembari masih terisak-isak.
Sementara itu saat ditemui secara terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut Budi Sulaksana menyatakan jika pihaknya memang belum mengizinkan keluarga para napi datang menjenguk. Ruang tunggu keluarga belum tersedia karena habis terbakar pada kerusuhan di LP Tanjung Gusta.
"Iya itu penjenguk belum diperkenankan karena memang bangunan untuk penjenguk belum ada, kemarin kan termasuk yang dibakar. Maka kalau jenguk nggak ada tempatnya gimana? Sementara kami larang dulu, tapi karena memang kondisi belum memungkinkan," ucap Budi.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, ruang tunggu pengunjung bagi keluarga napi kini telah rata dengan tanah. (Ndy/Ism)