Sukses

DPR: `Tinju Berdarah` Nabire Bukti Manajemen Olahraga Amburadul

Wakil Ketua DPR Pramono Anung menilai insiden ini menunjukkan adanya manajemen yang amburadul dalam penyediaan fasilitas olahraga.

Pertandingan tinju yang memperebutkan Bupati Cup di Nabire Papua berakhir tragis. Sebanyak 17 orang tewas dan sekitar 33 lainnya luka-luka saat berdesak-desakan pasca-kemenangan Alfius Rumkorem dari Sasana Persada atas Yulianus Pigome dari Sasana Mawa.

Insiden 'tinju berdarah' ini pun disesalkan banyak pihak, salah satunya Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Dia menilai insiden ini menunjukkan adanya manajemen yang amburadul dalam penyediaan fasilitas olahraga di wilayah tersebut. Hal itu yang diduga menjadi penyebab dari banyaknya korban tewas dalam kejuaraan tinju tersebut.

"Ini menunjukan manajemen yang amburadul. Yang pertama, kalau yang meninggal sampai 18 orang itu pasti ada fasilitas untuk pertandingan olahraga itu tidak memenuhi standar. Bukan hanya standar internasional, tetapi juga nasional. Pintu masuknya kan hanya 1," kata Pramono di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2013).

Dia menjelaskan, peristiwa itu terjadi karena ada kelompok yang tak menerima kekalahan atas hasil pertandingan tinju. Kemudian melakukan penyerangan.

"Hal Ini lah yang menyebabkan orang berlomba-lomba keluar dari 1 pintu itu. Ini menunjukan masyarakat kita itu sangat mudah terpancing kemarahannya," tutur Pramono.

Oleh karena itu, Pramono yang juga merupakan politisi senior PDIP ini berharap agar tidak terjadi hal ini lagi. Manajemen olahraga nasional harus diperbaiki. Mininal sarana dan prasarananya.

"Jangan sampai pintunya hanya 1. Itu menunjukan kelemahan dari penyelenggara. Apalagi ini tinju amatir di tingkat kabupaten memperebutkan piala di tingkat kabupaten. Saya tak habis pikir. Kalau meminjam ucapan para petinggi kita ini bukan hanya prihatin tapi nyesek," tutup Pramono. (Riz/Mut)