Peristiwa 'tinju berdarah' di Nabire, Papua, masih didalami polisi. Pertandingan yang digelar di Gedung Olahraga (GOR) Kota Lama, Nabire, Papua, Minggu 14 Juli, itu berakhir rusuh dan menewaskan 17 penonton.
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Agus Rianto, hingga saat ini belum ada indikasi siapa yang akan dijadikan tersangka. Begitu juga Polda Papua terus melakukan investigasi terhadap pihak terkait final tinju Bupati Cup ini.
"Kapolda Papua sudah melakukan investigasi internal. Pertanggungjawaban pelaksana kita tunggu hasil dari Kapolda. Setelah dari sana kita mengerucut lagi untuk menentukan pihak mana yang paling bertanggung jawab atas peristiwa di Nabire ini," kata Agus di Kantornya, Jalan Turnojoyo Nomor 3, Jakarta Selatan, Selasa (16/7/2013).
Agus mengakui, insiden 'tinju berdarah' itu terjadi terlalu cepat, sehingga pihak kepolisian tidak dapat mengantisipasi lebih awal.
"Itu yang saya maksud. Tidak hanya kinerja Polri yang harus dipertanyakan dan dihujat. Namun, ada kalanya kejadian yang begitu cepat dan memang tidak bisa diantisipasi oleh pihak kepolisian," kata Agus.
Agus juga mengatakan, sejauh ini sudah ada 20 saksi yang diperiksa untuk mengetahui penyebab kerusuhan tersebut. Metode pemeriksaan dilakukan baik secara verbal, tertulis dan juga secara interogasi langsung terhadap para saksi. (Sul/Mut)
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Agus Rianto, hingga saat ini belum ada indikasi siapa yang akan dijadikan tersangka. Begitu juga Polda Papua terus melakukan investigasi terhadap pihak terkait final tinju Bupati Cup ini.
"Kapolda Papua sudah melakukan investigasi internal. Pertanggungjawaban pelaksana kita tunggu hasil dari Kapolda. Setelah dari sana kita mengerucut lagi untuk menentukan pihak mana yang paling bertanggung jawab atas peristiwa di Nabire ini," kata Agus di Kantornya, Jalan Turnojoyo Nomor 3, Jakarta Selatan, Selasa (16/7/2013).
Agus mengakui, insiden 'tinju berdarah' itu terjadi terlalu cepat, sehingga pihak kepolisian tidak dapat mengantisipasi lebih awal.
"Itu yang saya maksud. Tidak hanya kinerja Polri yang harus dipertanyakan dan dihujat. Namun, ada kalanya kejadian yang begitu cepat dan memang tidak bisa diantisipasi oleh pihak kepolisian," kata Agus.
Agus juga mengatakan, sejauh ini sudah ada 20 saksi yang diperiksa untuk mengetahui penyebab kerusuhan tersebut. Metode pemeriksaan dilakukan baik secara verbal, tertulis dan juga secara interogasi langsung terhadap para saksi. (Sul/Mut)