Sukses

15 Tahun Reformasi, SBY: Perubahan Besar Bisa Menyakitkan

Presiden SBY mengajak semua pihak untuk melakukan refleksi 15 tahun reformasi untuk memperbaiki kekurangan yang masih ada.

Tak terasa sudah 15 tahun Reformasi 1998 berlalu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY memperingatinya dengan mengajak menggelar buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengajak semua pihak untuk melakukan refleksi 15 tahun reformasi untuk memperbaiki kekurangan yang masih ada.

"Saya ingin ingatkan kalau bicara reformasi mau tidak mau bicara koreksi, pembaruan, dan perubahan. Kalau bicara reformasi dan transformasi maka ia adalah sebuah proses bukan kerja sekali jadi. Reformasi juga kesinambungan dan perubahan," kata SBY saat memberikan sambutan dalam buka puasa bersama pimpinan media massa dan wartawan di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/7/2013).

Presiden ke- 6 RI ini menjelaskan, dalam perjalanan reformasi, tentu ada hal-hal positif yang telah dicapai. Namun di pihak lain masih ada yang perlu dibenahi.

"Reformasi tidak boleh patah dan berhenti di jalan. Jangan gegap gempita jebol sana dan sini, kemudian kehilangan daya. Sebuah reformasi dan perubahan besar bisa menyakitkan. Ada pasang surut, ada set back, yang penting berjalan dan berlanjut. Apalagi bukan hanya reformasi tapi juga transformasi. Bangsa ini terus lakukan pembaharuan artinya tidak patah di tengah jalan," tegas SBY.

"Setelah 15 tahun kita memang mesti lakukan koreksi dan refleksi dan perbaikan, karena kita tidak ingin ada koreksi besar lagi seperti 1966 atau 1998. Kita tidak perlu menunggu era yang dramatis dan radikal. kita sadar tidak pernah ada sistem atau tatanan yang sempurna," tambah Presiden.

Oleh karena itu, Presiden tidak hanya mengajak kalangan pemerintah untuk melakukan refleksi, namun semua komponen termasuk pers dan media massa, TNI, Polri, dan berbagai komponen lainnya.

Acara buka puasa yang diselenggarakan Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono ini dihadiri oleh pimpinan media massa, wartawan senior, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan juga wartawan yang biasa meliput di lingkungan Istana Presiden. (Ant/Riz)