Masjid Agung Surakarta, Jawa Tengah, ternyata menyimpan keunikan lain yang tidak dimiliki banyak masjid agung lainnya di Indonesia. Keunikan terletak pada jam istiwak atau jam matahari di komplek masjid tersebut.
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (17/7/20130), jam yang dibuat pada tahun 1748 ini menjadi patokan dalam menentukan waktu salat berdasarkan posisi matahari. Meski telah ada jam modern tapi alat ini masih tetap dijadikan acuan sebagai penunjuk waktu salat.
Sebelum diciptakannya jam modern, selama 2,5 abad, jam istiwak dianggap sebagai acuan penunjuk waktu salat yang paling tepat karena cara kerja jam ini didasarkan pada pergerakan matahari dan bumi.
Namun kekurangannya, jam istiwak tidak dapat menjadi patokan penunjuk waktu salat subuh dan isya. Hingga kini jam matahari ini masih dirawat baik oleh pengelola masjid. Bahkan, Sebagian orang bahkan masih ada yang berpatokan pada jam yang sudah berusia 261 tahun ini untuk mengukur akurasi.
Sayangnya, akibat kurang gencarnya informasi, tidak banyak pengunjung yang datang untuk melihatnya.
Masjid Agung Surakarta dibangun pada masa Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono III. Selain jam matahari, bangunan masjid ini tergolong unik, karena keseluruhan bangunan berbentuk tajug yang beratap tumpang 3 dan berpuncak mustaka. (Alv/Riz)
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (17/7/20130), jam yang dibuat pada tahun 1748 ini menjadi patokan dalam menentukan waktu salat berdasarkan posisi matahari. Meski telah ada jam modern tapi alat ini masih tetap dijadikan acuan sebagai penunjuk waktu salat.
Sebelum diciptakannya jam modern, selama 2,5 abad, jam istiwak dianggap sebagai acuan penunjuk waktu salat yang paling tepat karena cara kerja jam ini didasarkan pada pergerakan matahari dan bumi.
Namun kekurangannya, jam istiwak tidak dapat menjadi patokan penunjuk waktu salat subuh dan isya. Hingga kini jam matahari ini masih dirawat baik oleh pengelola masjid. Bahkan, Sebagian orang bahkan masih ada yang berpatokan pada jam yang sudah berusia 261 tahun ini untuk mengukur akurasi.
Sayangnya, akibat kurang gencarnya informasi, tidak banyak pengunjung yang datang untuk melihatnya.
Masjid Agung Surakarta dibangun pada masa Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakubuwono III. Selain jam matahari, bangunan masjid ini tergolong unik, karena keseluruhan bangunan berbentuk tajug yang beratap tumpang 3 dan berpuncak mustaka. (Alv/Riz)