Sukses

Kisah Kramat Tunggak: Lokalisasi PSK yang Jadi Pusat Ibadah

Sepuluh mantan PSK yang dulu bekerja di lokalisasi Kramat Tunggak menjadi pekerja di Masjid Jakarta Islamic Center.

Kramat Tunggak dulu lekat dengan wisata seks. Namanya kondang hingga ke mancanegara. Konon bahkan dikenal sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara. Namun, setelah ditutup pada 1999, lokalisasi di Koja, Jakarta Utara, itu kini beda rupa.

Semua berubah. Lokalisasi itu diganti lembaga pengkajian dan pengembangan Islam, Jakarta Islamic Center. Masjid Jakarta Islamic Center didirikan menggantikan bangunan yang dulunya berupa 'bilik-bilik cinta'. Jalannya pun berubah, dari Kramat Tunggak menjadi Kramat Jaya.

Demikian pula dengan sejumlah penjaja seks komersial (PSK) yang dulunya menghuni kawasan itu, kini juga turut berubah. "Setelah lokalisasinya itu ditutup, ada kurang lebih 10 PSK yang menjadi pembantu di masjid ini. Jadi tukang masak, gosok, dan bersih-bersih di sini," kata Kepala Humas JIC Saryono di Jakarta, Jumat (19/7/2013).

Namun karena bertambahnya usia, 7 di antara 10 mantan PSK yang bekerja di Masjid JIC ini sudah pulang kampung. Sehingga saat ini hanya ada 3 mantan PSK yang tetap bekerja di Masjid JIC. "Yang lain itu berhenti karena memang ingin pulang ke kampung. Usia mereka juga sudah mulai tua," katanya.

Saryono mengatakan, di lingkungan JIC terdapat 3 gedung. Gedung utama adalah tempat pengelola. "Selain gedung utama, di sini juga ada 2 gedung pembantu, gedung sarana dan gedung bisnis. Yang saya dengar ingin dirombak dari gedung bisnis menjadi pondok pesantren modern serta ruang-ruangan untuk diklat," tutur Saryono.

Secara keseluruhan, di JIC ada sekitar 70 hingga 80 pegawai. Jika gedung bisnis diganti, maka pegawai perlu ditambah untuk operasionalnya. "Semuanya akan kondisional, jika memang perlu yang harus ditambah," kata Saryono. (Eks/Ein)