Lemang tapai, makanan khas dari Bengkulu Selatan, menjadi alternatif berbuka puasa. Ternyata penikmat makanan khas ini tak hanya warga setempat, namun warga dari luar kota pun memburu lemang tapai untuk santapan berbuka puasa.
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Sabtu (20/7/2013), si salah satu sudut Desa Ulak Lebar, Kecamatan Pino, Bengkulu Selatan, tampak kesibukan lebih dari hari biasa di sebuah rumah yang juga menjadi kedai.
Pada bulan Ramadan ini, kedai milik Sawiyah yang menjual lemang tapai selalu kebanjiran pelanggan.
Dibantu sejumlah keluarga, Sawiyah mengolah bahan-bahan lemang tapai, seperti beras, ketan putih, ketan hitam, santan kelapa, dan potongan-potongan bambu, serta daun pisang.
Ketan putih yang sudah dimasukkan ke dalam bambu kemudian dituang santan kelapa yang telah diracik dengan rempah-rempah. Selanjutnya bambu-bambu itu dijajar rapi untuk dibakar sekitar 1 hingga 1,5 jam. Sedangkan ketan hitam dimasak menjadi tapai.
Jelang berbuka puasa, kedai Sawiyah sudah diserbu pelanggan. Tak hanya dibawa pulang, namun tak sedikit pula yang disantap di lokasi.
"Di mana-mana ada lemang tapai, tapi di sini beda suasananya," kata pelanggan lemang tapai Rohidin Mersya.
"Semua bahan baku sama, tapi kalau di sini memang selalu ramai," ucap penjual lemang tapai Sawiyah.
Untuk mengonsumsi lemang tapai, biasanya lemang dipotong-potong dan dicampur tapai ketan hitam. Untuk 1 potong bambu makanan khas Bengkulu Selatan ini dapat dibeli seharga 5 ribu rupiah. Dari usaha ini, khusus pada bulan Ramadan, Sawiyah dapat meraup pendapatan hingga Rp 1 juta per hari. (Sss)
Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Sabtu (20/7/2013), si salah satu sudut Desa Ulak Lebar, Kecamatan Pino, Bengkulu Selatan, tampak kesibukan lebih dari hari biasa di sebuah rumah yang juga menjadi kedai.
Pada bulan Ramadan ini, kedai milik Sawiyah yang menjual lemang tapai selalu kebanjiran pelanggan.
Dibantu sejumlah keluarga, Sawiyah mengolah bahan-bahan lemang tapai, seperti beras, ketan putih, ketan hitam, santan kelapa, dan potongan-potongan bambu, serta daun pisang.
Ketan putih yang sudah dimasukkan ke dalam bambu kemudian dituang santan kelapa yang telah diracik dengan rempah-rempah. Selanjutnya bambu-bambu itu dijajar rapi untuk dibakar sekitar 1 hingga 1,5 jam. Sedangkan ketan hitam dimasak menjadi tapai.
Jelang berbuka puasa, kedai Sawiyah sudah diserbu pelanggan. Tak hanya dibawa pulang, namun tak sedikit pula yang disantap di lokasi.
"Di mana-mana ada lemang tapai, tapi di sini beda suasananya," kata pelanggan lemang tapai Rohidin Mersya.
"Semua bahan baku sama, tapi kalau di sini memang selalu ramai," ucap penjual lemang tapai Sawiyah.
Untuk mengonsumsi lemang tapai, biasanya lemang dipotong-potong dan dicampur tapai ketan hitam. Untuk 1 potong bambu makanan khas Bengkulu Selatan ini dapat dibeli seharga 5 ribu rupiah. Dari usaha ini, khusus pada bulan Ramadan, Sawiyah dapat meraup pendapatan hingga Rp 1 juta per hari. (Sss)