Soldatenkaffe Bandung memiliki arti dalam bahasa Jerman yakni kafe serdadu. Bentuk bangunan kafe 4 lantai ini tertutup rapat. Dengan terpampang bendera dengan logo bulat bertuliskan 'Soldatenkaffee'. Namun di tengahnya terdapat simbol Nazi berupa elang Jerman (iron eagles) berdiri di atas swastika dengan lambang 'SS Bolts'.
Secara detil, pemilik kafe tersebut Henry Mulyana mengatakan, awal mulanya kafe itu menjadi awal pembicaraan di masyarakat Bandung, bahkan dunia.
Henry pun akhirnya menutup kafe yang bernuansa Nazi itu gara-gara pemberitaan miring sejumlah media.
"Saya sebagai orang awam pastinya sangat tertekan karena banyak yang caci maki terhadap saya. Kita tutup kafe ini sejak diberitakan media, tepatnya 1 minggu yang lalu," jelas Henry dalam jumpa pers di Soldatenkaffe, Bandung, Sabtu (20/7/2013).
Dia mengaku telah menjadi korban dari pemberitaan yang dianggap menyimpang, setelah kafenya diangkat oleh salah satu media internasional berinisial JG.
"Sebenarnya ini semua berawal dari pemberitaan di salah satu media cetak dan elektronik internasional yang telah melakukan pemberitaan sepihak. Jauh melenceng dari keterangan narasumber, bahkan terlihat secara jelas terdapat unsur rekayasa dan pelintiran yang bertujuan untuk mencari sensasi dengan mendramatisir berita ini," ungkap Henry. (Frd)
Secara detil, pemilik kafe tersebut Henry Mulyana mengatakan, awal mulanya kafe itu menjadi awal pembicaraan di masyarakat Bandung, bahkan dunia.
Henry pun akhirnya menutup kafe yang bernuansa Nazi itu gara-gara pemberitaan miring sejumlah media.
"Saya sebagai orang awam pastinya sangat tertekan karena banyak yang caci maki terhadap saya. Kita tutup kafe ini sejak diberitakan media, tepatnya 1 minggu yang lalu," jelas Henry dalam jumpa pers di Soldatenkaffe, Bandung, Sabtu (20/7/2013).
Dia mengaku telah menjadi korban dari pemberitaan yang dianggap menyimpang, setelah kafenya diangkat oleh salah satu media internasional berinisial JG.
"Sebenarnya ini semua berawal dari pemberitaan di salah satu media cetak dan elektronik internasional yang telah melakukan pemberitaan sepihak. Jauh melenceng dari keterangan narasumber, bahkan terlihat secara jelas terdapat unsur rekayasa dan pelintiran yang bertujuan untuk mencari sensasi dengan mendramatisir berita ini," ungkap Henry. (Frd)