Meninggalnya Anindya Ayu Puspita, siswi SMKN 1 Pandak, Bantul, Yogyakarta, saat mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) kembali mengusik dunia pendidikan Tanah Air. Sebelum meninggal, Anindya dikabarkan pingsan setelah menjalani hukuman lompat-lompat.
Hukuman skuat jump itu diterima Anindya karena tidak memakai seragam kaus saat latihan baris berbaris yang digelar pada Jumat 19 Juli 2013.
"Dari informasi yang saya dapat, anak itu memang sedang sakit. Saya belum tahu (faktanya). Tapi yang jelas saya sudah menugaskan Dinas Pendidikan DIY untuk mengecek dan dilihat duduk perkaranya seperti apa," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam Negeri di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Menurut Nuh, gagasan tentang pelaksanaan MOS itu sebenarnya bagus, karena dengan MOS seorang siswa yang baru masuk sekolahnya bisa mendapatkan orientasi. "Kami sudah sampaikan, yang tidak boleh adalah yang membangkitkan kekerasan, justru benih-benih kekerasan harus dibuang," tegasnya.
Saat ini, lanjut Nuh, sebenarnya kecenderungan yang ada menunjukkan menurunnya kekerasan saat MOS. Bahkan, ada pula yang mengubah konsep MOS menjadi lebih soft. "Di Surabaya namanya bukan MOS, tapi LOS atau Layanam Orientasi Siswa. Jadi lebih banyak programnya mengacu pada kebutuhan siswa," tuturnya.
Kembali kepada kasus yang menimpa Anindya, M Nuh menegaskan akan mencari kebenaran seterang-terangnya. "Kalau memang ada unsur pidana, kita akan bawa ke penegak hukum. Saya juga terus berkomunikasi dengan kepolisian, sebentar lagi rampung (penyelidikan)," ujarnya. (Ado/Ary)
Hukuman skuat jump itu diterima Anindya karena tidak memakai seragam kaus saat latihan baris berbaris yang digelar pada Jumat 19 Juli 2013.
"Dari informasi yang saya dapat, anak itu memang sedang sakit. Saya belum tahu (faktanya). Tapi yang jelas saya sudah menugaskan Dinas Pendidikan DIY untuk mengecek dan dilihat duduk perkaranya seperti apa," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, usai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam Negeri di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Menurut Nuh, gagasan tentang pelaksanaan MOS itu sebenarnya bagus, karena dengan MOS seorang siswa yang baru masuk sekolahnya bisa mendapatkan orientasi. "Kami sudah sampaikan, yang tidak boleh adalah yang membangkitkan kekerasan, justru benih-benih kekerasan harus dibuang," tegasnya.
Saat ini, lanjut Nuh, sebenarnya kecenderungan yang ada menunjukkan menurunnya kekerasan saat MOS. Bahkan, ada pula yang mengubah konsep MOS menjadi lebih soft. "Di Surabaya namanya bukan MOS, tapi LOS atau Layanam Orientasi Siswa. Jadi lebih banyak programnya mengacu pada kebutuhan siswa," tuturnya.
Kembali kepada kasus yang menimpa Anindya, M Nuh menegaskan akan mencari kebenaran seterang-terangnya. "Kalau memang ada unsur pidana, kita akan bawa ke penegak hukum. Saya juga terus berkomunikasi dengan kepolisian, sebentar lagi rampung (penyelidikan)," ujarnya. (Ado/Ary)