Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tak mempermasalahkan keinginan sejumlah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) untuk mengubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Namun yang terjadi selama ini, terjadi perubahan esensi keilmuan saat IAIN menjadi UIN. Hal inilah yang seharusnya tak terjadi.
"Yang penting dijaga itu adalah ada kecenderungan kalau jadi UIN itu akarnya ditinggal, yang umumnya seperti Fakultas Kedokteran dan tekniknya yang didorong maju. Terus nanti siapa yang mengurusi agamanya? Diserahkan ke siapa? Itu yang jadi masalah," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Dijelaskan Nuh, sebelum IAIN berubah menjadi UIN harus dipahami dulu esensi perubahan itu. IAIN, kata dia, murni hanya ilmu-ilmu agama. "Bila beralih jadi UIN dia bisa membuka ilmu umum. Seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, itu dimungkinkan," tegas Nuh.
Saat ini, lanjut dia, ada 2 kampus IAIN yang sedang dalam proses peralihan nama. Yaitu IAIN Sunan Ampel di Surabaya dan IAIN Ar Raniry di Banda Aceh. "Nanti anggarannya masih dari Kementerian Agama, jika program studi agamanya masih dominan dari program studi umum," jelasnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelumnya meminta Menteri Agama dan Mendikbud untuk mempercepat proses peningkatan status Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) menjadi IAIN, dan status IAIN menjadi UIN. Permintaan itu disampaikan SBY saat menerima Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Permintaan Presiden itu merupakan tanggapan atas keinginan Forum Rektor PTIN untuk menjadikan seluruh perguruan tinggi Islam di Indonesia berstatus universitas. Hadir pada pertemuan ini para rektor dan akademisi dari 53 kampus Islam, yakni 6 UIN, 16 IAIN, dan 31 STAIN.
Sejumlah menteri juga terlihat mendampingi SBY, antara lain Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. (Ali/Ism)
"Yang penting dijaga itu adalah ada kecenderungan kalau jadi UIN itu akarnya ditinggal, yang umumnya seperti Fakultas Kedokteran dan tekniknya yang didorong maju. Terus nanti siapa yang mengurusi agamanya? Diserahkan ke siapa? Itu yang jadi masalah," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Dijelaskan Nuh, sebelum IAIN berubah menjadi UIN harus dipahami dulu esensi perubahan itu. IAIN, kata dia, murni hanya ilmu-ilmu agama. "Bila beralih jadi UIN dia bisa membuka ilmu umum. Seperti Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, itu dimungkinkan," tegas Nuh.
Saat ini, lanjut dia, ada 2 kampus IAIN yang sedang dalam proses peralihan nama. Yaitu IAIN Sunan Ampel di Surabaya dan IAIN Ar Raniry di Banda Aceh. "Nanti anggarannya masih dari Kementerian Agama, jika program studi agamanya masih dominan dari program studi umum," jelasnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelumnya meminta Menteri Agama dan Mendikbud untuk mempercepat proses peningkatan status Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) menjadi IAIN, dan status IAIN menjadi UIN. Permintaan itu disampaikan SBY saat menerima Forum Rektor Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Permintaan Presiden itu merupakan tanggapan atas keinginan Forum Rektor PTIN untuk menjadikan seluruh perguruan tinggi Islam di Indonesia berstatus universitas. Hadir pada pertemuan ini para rektor dan akademisi dari 53 kampus Islam, yakni 6 UIN, 16 IAIN, dan 31 STAIN.
Sejumlah menteri juga terlihat mendampingi SBY, antara lain Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pendidikan M Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. (Ali/Ism)