`Harimau Minum` dan `Penangkapan Pangeran Diponegoro` Direstorasi

Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap perlindungan budaya bangsa masih sangat kurang. Ironisnya, negara asing justru lebih perhatian daripada bangsa sendiri terhadap pelestarian budaya Indonesia. Demikian yang disampaikan anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo.

"Dari pihak Indonesia kurang perhatian, dan saya malu karena asing lebih dari kita. Karena rasa malu itu. Saya sebagai patriot bangsa memberi perhatian penuh terhadap perlindungan budaya," kata Hashim dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Jumat (26/7/2013).

Untuk itu, Hashim yang juga merupakan Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) ini menjelaskan, melalui yayasan yang dipimpinnya, ia merencanakan merestorasi lukisan karya Raden Saleh yang ada di Istana Negara.

Dalam merestorasi lukisan-lukisan karya Raden Saleh itu, Yayasan Arsari bekerjasama dengan Goethe Institute, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kesekretariatan Presiden.

Rencananya, ada 2 lukisan yang akan direstorasi yakni karya berjudul 'Harimau Minum' dan 'Penangkapan Pangeran Diponegoro'. Restorasi itu akan melibatkan Susanne Erhards, seorang ahli restorasi lukisan papan atas berkebangsaan Jerman.

"Kami senang sekali dapat membantu restorasi lukisan-lukisan karya Raden Saleh terutama yang ada di Istana Negara. Restorasi ini akan menjadi tonggak dari upaya pelestarian karya Raden Saleh oleh bangsa Indonesia sendiri," tuturnya.

Di sisi lain, Catrini Kubontubuh selaku Direktur Eksekutif YAD menjelaskan, menurut informasi dari Biro Pengelolaan Istana Sekretariat Presiden, ada 6 lukisan Raden Saleh yang tersebar di seluruh Istana Negara, yakni ada 2 buah di Istana Bogor, 2 buah di Istana Negara, 1 buah di Tampak Siring dan 1 buah di Jogjakarta.

Semenjak awal tahun 2013 ini, YAD yang bekerjasama dengan Goethe Institut Indonesia merencanakan untuk membantu restorasi lukisan-lukisan karya Raden Saleh tersebut, termasuk lukisan yang merupakan koleksi Istana Negara Jakarta dan Istana Negara Bogor.

"Nota kesepahaman kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk melaksanakan restorasi ini sudah dipersiapkan dan diajukan sejak 4 bulan lalu. Akan tetapi kami baru mengetahui bahwa perizinan untuk itu harus melalui sekretariat presiden," kata Catrini menambahkan.

Perwakilan Sekretariat Kepresidenan, Ratih Anggaraeni mengatakan sepakat mendukung restorasi tersebut. "Kita mendukung restorasi itu, dan mudah mudahan pekan depan MoU bisa ditandatangani oleh empat pihak sehingga pelaksanaan restorasi bisa langsung dimulai," tutup Catrini. (Riz)