Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana mengatakan Konvensi calon Presiden Partai Demokrat tidak akan menggunakan sistem gugur. Konvensi tak akan mempermalukan para peserta.
"Kami tidak pakai sistem gugur. Kami tak ingin mempermalukan," kata Sutan Bhatoegana ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Menurut dia, sistem gugur hanya akan membuat malu para peserta. Terlebih, menurut dia, konvensi itu akan dilakukan dengan sistem semi-terbuka. "Ada yang diundang, ada yang datang sendiri," kata Sutan.
Selain itu, mereka yang menjadi peserta konvensi setidaknya harus memiliki ketokohan dengan skala nasional. Sehingga nama-nama seperti Farhat Abbas, Eyang Subur, maupun Ketua Demokrat Cilacap Tridianto dipastikan tak akan dapat mengikuti konvensi.
Dengan tak menganut sistem gugur, ada keuntungan yang mungkin dapat dipetik oleh Partai Demokrat. Keuntungan itu adalah, peserta dapat terus memberikan dukungan peserta lainnya, yang lebih berkompetensi untuk menjadi Presiden.
Dia menjelaskan bahwa konvensi itu akan melibatkan 3 lembaga survei, dan media massa. "Nanti ada debat di media, terus disurvei. Hasilnya kembalikan ke masyarakat," kata Sutan. (Ism)
"Kami tidak pakai sistem gugur. Kami tak ingin mempermalukan," kata Sutan Bhatoegana ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Menurut dia, sistem gugur hanya akan membuat malu para peserta. Terlebih, menurut dia, konvensi itu akan dilakukan dengan sistem semi-terbuka. "Ada yang diundang, ada yang datang sendiri," kata Sutan.
Selain itu, mereka yang menjadi peserta konvensi setidaknya harus memiliki ketokohan dengan skala nasional. Sehingga nama-nama seperti Farhat Abbas, Eyang Subur, maupun Ketua Demokrat Cilacap Tridianto dipastikan tak akan dapat mengikuti konvensi.
Dengan tak menganut sistem gugur, ada keuntungan yang mungkin dapat dipetik oleh Partai Demokrat. Keuntungan itu adalah, peserta dapat terus memberikan dukungan peserta lainnya, yang lebih berkompetensi untuk menjadi Presiden.
Dia menjelaskan bahwa konvensi itu akan melibatkan 3 lembaga survei, dan media massa. "Nanti ada debat di media, terus disurvei. Hasilnya kembalikan ke masyarakat," kata Sutan. (Ism)