Hubungan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Lulung Lunggana, berapa hari belakangan memanas. Keduanya pun sempat 'adu mulut' lewat sambungan telepon.
Dalam tayangan video yang di-posting Pemprov DKI di Youtube, Ahok menerima sejumlah perwakilan massa yang berunjuk rasa dari Rakyat Jakarta Jahit Mulut (Rajjam) Ahok di Balaikota, Jakarta, Senin 29 Juli 2013. Dalam pertemuan dengan para pendukung Lulung itu membicarakan soal pernyataan keras Ahok terhadap tokoh Tanah Abang tersebut.
Ahok pun sempat menelepon Lulung dengan pengeras suara di ponselnya. Dalam pembicaraan itu, keduanya sempat salih bersahut-sahutan. Berikut petikan 'adu mulut' Ahok dengan Lulung;
Ahok: Assalamualaikum, Pak Haji. Ini kita dipersepsikan saling menyerang ini.
Lulung: Walaikumsalam. Mereka itu tersinggung karena saya dibilang tak mengerti Perda Ketertiban Umum. Kita mitra kerja, saya mau menyikapi Undang-Undang 32 Tahun 2004 Pasal 27 tentang etika dan norma gubernur dan wakil gubernur dalam menjalankan pemerintahan. Bapat banyak komentar-komentar yang kontraproduktif yang provokatif. Kalau kita bicara perang terus nanti kita diadu Pak.
Ahok: Kita stop di media saja, Pak. Kita ketemu, kita ngomong.
Lulung: Makanya jangan sampai nanti institusi saya memanggil Bapak soal Tanah Abang itu. Bapak sekarang ngomong ada oknum di situ. Para pedagang itu sudah terprovokasi dengan pernyataan Bapak. Jangan melecehkan saya, bilang Pak Haji Lulung itu bego nggak mengerti Perda Ketertiban Umum, semua kan dengar. Saya sumpah tidak menggerakan mereka turun (demonstrasi ke Balaikota), saya bilang terserah kalian tapi jangan rasis. Ingat, saya bilang jangan rasis.
Ahok: Kalau Rasis juga saya lawan sampai mati Pak, jujur saja. Saya juga nggak suka. Tadi saya juga sudah ngomong, terima kasih lah untuk tidak rasis. Karena kalau rasis saya juga jadi cepet emosi.
Lulung: Makanya Bapak juga sudah memancing rasis, bilang emangnya Tanah Abang tanah nenek moyang kamu, itu rasis itu. Kita ini orang pinter, Pak Ahok.
Ahok: Saya tahu di Jakarta memang banyak yang pinter kok. Ya sudah, nanti kita ngomonglah, kita ketemu berdua kita ngomong.
(Mut)
Dalam tayangan video yang di-posting Pemprov DKI di Youtube, Ahok menerima sejumlah perwakilan massa yang berunjuk rasa dari Rakyat Jakarta Jahit Mulut (Rajjam) Ahok di Balaikota, Jakarta, Senin 29 Juli 2013. Dalam pertemuan dengan para pendukung Lulung itu membicarakan soal pernyataan keras Ahok terhadap tokoh Tanah Abang tersebut.
Ahok pun sempat menelepon Lulung dengan pengeras suara di ponselnya. Dalam pembicaraan itu, keduanya sempat salih bersahut-sahutan. Berikut petikan 'adu mulut' Ahok dengan Lulung;
Ahok: Assalamualaikum, Pak Haji. Ini kita dipersepsikan saling menyerang ini.
Lulung: Walaikumsalam. Mereka itu tersinggung karena saya dibilang tak mengerti Perda Ketertiban Umum. Kita mitra kerja, saya mau menyikapi Undang-Undang 32 Tahun 2004 Pasal 27 tentang etika dan norma gubernur dan wakil gubernur dalam menjalankan pemerintahan. Bapat banyak komentar-komentar yang kontraproduktif yang provokatif. Kalau kita bicara perang terus nanti kita diadu Pak.
Ahok: Kita stop di media saja, Pak. Kita ketemu, kita ngomong.
Lulung: Makanya jangan sampai nanti institusi saya memanggil Bapak soal Tanah Abang itu. Bapak sekarang ngomong ada oknum di situ. Para pedagang itu sudah terprovokasi dengan pernyataan Bapak. Jangan melecehkan saya, bilang Pak Haji Lulung itu bego nggak mengerti Perda Ketertiban Umum, semua kan dengar. Saya sumpah tidak menggerakan mereka turun (demonstrasi ke Balaikota), saya bilang terserah kalian tapi jangan rasis. Ingat, saya bilang jangan rasis.
Ahok: Kalau Rasis juga saya lawan sampai mati Pak, jujur saja. Saya juga nggak suka. Tadi saya juga sudah ngomong, terima kasih lah untuk tidak rasis. Karena kalau rasis saya juga jadi cepet emosi.
Lulung: Makanya Bapak juga sudah memancing rasis, bilang emangnya Tanah Abang tanah nenek moyang kamu, itu rasis itu. Kita ini orang pinter, Pak Ahok.
Ahok: Saya tahu di Jakarta memang banyak yang pinter kok. Ya sudah, nanti kita ngomonglah, kita ketemu berdua kita ngomong.
(Mut)