Liputan6.com, Jakarta: Mantan Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib meluncurkan biografinya, Selasa (16/1) malam. Tujuan penerbitan biografi tersebut, kata Ghalib, adalah membeberkan berbagai peristiwa semasa ia menjabat Jaksa Agung. Ghalib membantah biografi itu sebagai pembelaan dan upaya membersihkan diri. Sebab, menurut dia, nama dan harga dirinya tak mungkin bisa dibersihkan lagi karena sudah terlanjur rusak.
Dalam biografi yang berjudul Menepis Badai, Menegakkan Supremasi Hukum Ghalib banyak bercerita tentang hal-hal yang kontroversial ketika ia dipercaya pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Di antaranya, pengakuan bahwa ia pernah mengusulkan pada sidang kabinet agar mantan Presiden Soeharto dijadikan tersangka. Namun, usulan itu ditolak oleh Jenderal Wiranto dan Presiden Habibie. Ghalib juga membantah tuduhan dan isu suap dari pengusaha Prayogo Pangestu dan The Nin King yang dituduhkan Teten Masduki dari Indonesian Corruption Watch.
Menurut Ghalib, tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada dirinya adalah upaya konspirasi dan fitnah belaka. Namun, ia mengakui pembicaraan telepon antara dirinya dengan Habibie soal pengadilan Soeharto. Pembicaraan telepon yang kemudian disadap itu pernah dipublikasikan sebuah majalah Ibu Kota. Ghalib menandaskan, penyadapan pembicaraan itu lebih condong pada upaya politis untuk kepentingan sejumlah partai politik.(YYT/Teguh Raharjo)
Dalam biografi yang berjudul Menepis Badai, Menegakkan Supremasi Hukum Ghalib banyak bercerita tentang hal-hal yang kontroversial ketika ia dipercaya pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Di antaranya, pengakuan bahwa ia pernah mengusulkan pada sidang kabinet agar mantan Presiden Soeharto dijadikan tersangka. Namun, usulan itu ditolak oleh Jenderal Wiranto dan Presiden Habibie. Ghalib juga membantah tuduhan dan isu suap dari pengusaha Prayogo Pangestu dan The Nin King yang dituduhkan Teten Masduki dari Indonesian Corruption Watch.
Menurut Ghalib, tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepada dirinya adalah upaya konspirasi dan fitnah belaka. Namun, ia mengakui pembicaraan telepon antara dirinya dengan Habibie soal pengadilan Soeharto. Pembicaraan telepon yang kemudian disadap itu pernah dipublikasikan sebuah majalah Ibu Kota. Ghalib menandaskan, penyadapan pembicaraan itu lebih condong pada upaya politis untuk kepentingan sejumlah partai politik.(YYT/Teguh Raharjo)