Freddy Budiman, napi kasus narkoba yang divonis mati Pengadilan Negeri Jakarta Barat akhirnya dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah. Pemindahan Freddy dilakukan setelah terungkap model majalah pria dewasa Vanny Rossyane, mantan kekasih Freddy, mengungkap pemberian fasilitas khusus kepada Freddy.
Sebelum kasus ini mencuat, Liputan6.com mencoba menemui Freddy di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang, Jakarta Timur. Siang itu Kamis 18 Juli 2013, bertepatan dengan ulang tahun sang gembong narkoba.
Pemeriksaan menuju portir dilakukan ketat. Ponsel pun harus disimpan di loker. Alat pemindai seperti di bandara juga wajib dilewati pengunjung. Belum lagi cek fisik menggunakan metal detector oleh seorang sipir. Baru pengunjung diizinkan masuk.
Hampir semua petugas di dalam LP Cipinang mengenal Freddy Budiman. Duda beranak 3 asal Surabaya, Jawa Timur itu dikenal sebagai napi berkantong tebal. Seorang petugas mengarahkan. "Oh, Pak Freddy ya. Duitnya banyak. Dia ada di lantai 2," kata petugas sambil menunjuk ke arah gedung terdepan di kompleks lapas.
Gedung itu disebut gedung 2. Gedung berwarna kelabu itu berada di paling depan. Petugas lainnya mempersilakan Liputan6.com untuk masuk. "Naik aja, Pak Freddy ada di lantai 2," kata petugas berkaos biru.
Tiba di lantai 2, terlihat ada 3 petugas berkaos biru lainnya. Saat ditanya tentang keberadaan pemilik 1,4 juta ekstasi dari Shenzen, China itu, si petugas langsung menunjuk ke arah salah satu ruangan.
Ruangan yang ditunjuk itu berada di sebelah kiri tangga, persis di samping kamar mandi. Ruang itu milik salah satu kepala sub seksi. "Pak Freddy ada di dalam. Ada perlu apa?" tanya petugas. "Di dalam itu sedang bersama tamunya."
Tak lama ditunggu, Freddy menolak bertemu.
Meski begitu, Liputan6.com mencoba menghubungi ponsel Freddy. Freddy pun mencoba menghubungi balik. Akhirnya, kesempatan wawancara hanya dilakukan via ponsel. Wawancara dilakukan sepekan sebelum Vanny Rossyane membongkar fasilitas khusus dalam lapas.
Berikut wawancara singkat dengan Freddy Budiman saat dia berulang tahun:
T: Mau minta tanggapan sedikit soal vonis?
J: Mau ambil keterangan apa? Apa yang harus saja saya ungkapkan, perjelas.
T: Tanggapan terkait vonis?
J: Kan sudah saya jawab itu. Kemarin pikir-pikir. Kalau banding pasti banding. Saya heran ini berita ini kok banyak yang mengada-ada. Banyak yang simpang siur gitu.
T: Soal apanya Pak Freddy?
J: Berawal dari sidang terus sampai perempuan saya adalah Anggita dan sebagainya. Kalau memang hal yang bersangkutan dan memang terucap dari kita sih nggak masalah ya. Kalau istilahnya, di sini kan banyak instansi, lembaganya banyak, ada Menkumham, Dirjen PAS. Jadi apa yang saya ucapkan boleh, tapi kalau yang nggak-nggak tolong dipertimbangkan gitu lho.
T: Soal apa yang paling keberatan?
J: Terutama soal saya sama Anggita. Istilahnya kan privasi orang jangan diungkap-ungkap gitu lah. Memang profesi saya dari dulu narkoba. Tapi orang punya jabatan apa pun kan mestinya ya. Bagi saya sih narkoba aib ya.
T: Kita konfirmasi juga ke mbak Anggita. Karena selama ini ditulis suami istri. Apa betul?
J: Profile dia seperti apa model gitu, itu kan tidak pantes juga diumumkan. Kita kan sesama manusia, Mas.
J: Kalau mau ketemu silakan. Saya welcome sama siapa aja. Dan saya nggak, apa yang nggak ada diada-adakan. Ya apa adanya saja. Masalah apa, apa yang mau diungkapkan banyak kok.
(Ism/Sss)
Sebelum kasus ini mencuat, Liputan6.com mencoba menemui Freddy di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Cipinang, Jakarta Timur. Siang itu Kamis 18 Juli 2013, bertepatan dengan ulang tahun sang gembong narkoba.
Pemeriksaan menuju portir dilakukan ketat. Ponsel pun harus disimpan di loker. Alat pemindai seperti di bandara juga wajib dilewati pengunjung. Belum lagi cek fisik menggunakan metal detector oleh seorang sipir. Baru pengunjung diizinkan masuk.
Hampir semua petugas di dalam LP Cipinang mengenal Freddy Budiman. Duda beranak 3 asal Surabaya, Jawa Timur itu dikenal sebagai napi berkantong tebal. Seorang petugas mengarahkan. "Oh, Pak Freddy ya. Duitnya banyak. Dia ada di lantai 2," kata petugas sambil menunjuk ke arah gedung terdepan di kompleks lapas.
Gedung itu disebut gedung 2. Gedung berwarna kelabu itu berada di paling depan. Petugas lainnya mempersilakan Liputan6.com untuk masuk. "Naik aja, Pak Freddy ada di lantai 2," kata petugas berkaos biru.
Tiba di lantai 2, terlihat ada 3 petugas berkaos biru lainnya. Saat ditanya tentang keberadaan pemilik 1,4 juta ekstasi dari Shenzen, China itu, si petugas langsung menunjuk ke arah salah satu ruangan.
Ruangan yang ditunjuk itu berada di sebelah kiri tangga, persis di samping kamar mandi. Ruang itu milik salah satu kepala sub seksi. "Pak Freddy ada di dalam. Ada perlu apa?" tanya petugas. "Di dalam itu sedang bersama tamunya."
Tak lama ditunggu, Freddy menolak bertemu.
Meski begitu, Liputan6.com mencoba menghubungi ponsel Freddy. Freddy pun mencoba menghubungi balik. Akhirnya, kesempatan wawancara hanya dilakukan via ponsel. Wawancara dilakukan sepekan sebelum Vanny Rossyane membongkar fasilitas khusus dalam lapas.
Berikut wawancara singkat dengan Freddy Budiman saat dia berulang tahun:
T: Mau minta tanggapan sedikit soal vonis?
J: Mau ambil keterangan apa? Apa yang harus saja saya ungkapkan, perjelas.
T: Tanggapan terkait vonis?
J: Kan sudah saya jawab itu. Kemarin pikir-pikir. Kalau banding pasti banding. Saya heran ini berita ini kok banyak yang mengada-ada. Banyak yang simpang siur gitu.
T: Soal apanya Pak Freddy?
J: Berawal dari sidang terus sampai perempuan saya adalah Anggita dan sebagainya. Kalau memang hal yang bersangkutan dan memang terucap dari kita sih nggak masalah ya. Kalau istilahnya, di sini kan banyak instansi, lembaganya banyak, ada Menkumham, Dirjen PAS. Jadi apa yang saya ucapkan boleh, tapi kalau yang nggak-nggak tolong dipertimbangkan gitu lho.
T: Soal apa yang paling keberatan?
J: Terutama soal saya sama Anggita. Istilahnya kan privasi orang jangan diungkap-ungkap gitu lah. Memang profesi saya dari dulu narkoba. Tapi orang punya jabatan apa pun kan mestinya ya. Bagi saya sih narkoba aib ya.
T: Kita konfirmasi juga ke mbak Anggita. Karena selama ini ditulis suami istri. Apa betul?
J: Profile dia seperti apa model gitu, itu kan tidak pantes juga diumumkan. Kita kan sesama manusia, Mas.
J: Kalau mau ketemu silakan. Saya welcome sama siapa aja. Dan saya nggak, apa yang nggak ada diada-adakan. Ya apa adanya saja. Masalah apa, apa yang mau diungkapkan banyak kok.
(Ism/Sss)