Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan Gubernur Joko Widodo khawatir dengan keselamatannya saat terjadi demo yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam Rajjam Ahok (Rakyat Jakarta Jahit Mulut Ahok) pada Senin 29 Juli yang lalu.
"Saya mau dievakuasi, Pak Gubernur minta Brimob supaya evakuasi saya kemarin, karena sudah gedor-gedor pintu," kata Ahok dalam video yang dikutip Liputan6.com, Jumat (2/8/2013).
Namun, Ahok menolak dievakuasi. Dia justru meminta anak buahnya untuk bersiaga. "Saya minta orang saya isi pelurunya full, kalau kalian takut saya cabut pistolnya," cetus Ahok dalam video yang diunggah akun Pemprov DKI ke laman Youtube pada 31 Juli tersebut.
Tak hanya itu, mantan Bupati Belitung Timur itu bahkan meminta pemadam kebakaran yang bersiaga di depan Balaikota Jakarta mencampurkan bensin untuk disemprotkan ke arah pengunjuk rasa yang mendobrak-dobrak pintu gerbang.
"Saya minta pemadam kebakaran campur dengan bensin di depan, saya tanggung jawab. Dihukum mati pun saya rela. Daripada saya mati dibantai begitu, lebih baik saya ditembak, dihukum mati," ujar Ahok.
Dia rela dihukum mati karena membela diri. Dia tak mau kematiannya sia-sia dikeroyok oleh orang-orang yang mendemonya itu. "Kalau putusan pengadilan mengatakan saya membantai orang, karena HAM, hukum mati saja nggak apa-apa. Saya masih sempat ngomong soalnya kan," tambah Ahok dalam rapat penanganan kemacetan itu.
Demo pada Senin 29 Juli itu dilakukan oleh Rajjam--yang merupakan pendukung Wakil Ketua DPRD Abraham Lulung alias Lulung Lunggana --terkait penertiban pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Para demonstran itu menggoyang-goyangkan pintu gerbang Balaikota.
"Kalau pintu saya jebol, saya tidak alasan, saya dor. Saya sengaja mau jebolin pintu saja. Kenapa, mereka berpikir kita tidak mungkin berani. Ini pikiran yang salah," tuturnya.
Ahok pun akhirnya bertemu dengan para demonstran tersebut. Namun, dia tidak mau meminta maaf atas kebijakan terkait penertiban di Pasar tanah Abang itu. "Saya mau temui, sekarang kalau dia gampar gimana? Pasti saya pukul juga kan," tukas Ahok. (Eks/Sss)
"Saya mau dievakuasi, Pak Gubernur minta Brimob supaya evakuasi saya kemarin, karena sudah gedor-gedor pintu," kata Ahok dalam video yang dikutip Liputan6.com, Jumat (2/8/2013).
Namun, Ahok menolak dievakuasi. Dia justru meminta anak buahnya untuk bersiaga. "Saya minta orang saya isi pelurunya full, kalau kalian takut saya cabut pistolnya," cetus Ahok dalam video yang diunggah akun Pemprov DKI ke laman Youtube pada 31 Juli tersebut.
Tak hanya itu, mantan Bupati Belitung Timur itu bahkan meminta pemadam kebakaran yang bersiaga di depan Balaikota Jakarta mencampurkan bensin untuk disemprotkan ke arah pengunjuk rasa yang mendobrak-dobrak pintu gerbang.
"Saya minta pemadam kebakaran campur dengan bensin di depan, saya tanggung jawab. Dihukum mati pun saya rela. Daripada saya mati dibantai begitu, lebih baik saya ditembak, dihukum mati," ujar Ahok.
Dia rela dihukum mati karena membela diri. Dia tak mau kematiannya sia-sia dikeroyok oleh orang-orang yang mendemonya itu. "Kalau putusan pengadilan mengatakan saya membantai orang, karena HAM, hukum mati saja nggak apa-apa. Saya masih sempat ngomong soalnya kan," tambah Ahok dalam rapat penanganan kemacetan itu.
Demo pada Senin 29 Juli itu dilakukan oleh Rajjam--yang merupakan pendukung Wakil Ketua DPRD Abraham Lulung alias Lulung Lunggana --terkait penertiban pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Para demonstran itu menggoyang-goyangkan pintu gerbang Balaikota.
"Kalau pintu saya jebol, saya tidak alasan, saya dor. Saya sengaja mau jebolin pintu saja. Kenapa, mereka berpikir kita tidak mungkin berani. Ini pikiran yang salah," tuturnya.
Ahok pun akhirnya bertemu dengan para demonstran tersebut. Namun, dia tidak mau meminta maaf atas kebijakan terkait penertiban di Pasar tanah Abang itu. "Saya mau temui, sekarang kalau dia gampar gimana? Pasti saya pukul juga kan," tukas Ahok. (Eks/Sss)