Liputan6.com, Jakarta: Persatuan Alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) kecewa dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno. Mendagri dianggap tak serius memperbaiki STPDN. Utamanya, soal kasus kekerasan di kampus plat merah tersebut. Kekecewaan itu diungkapkan Koordinator Persatuan Alumni STPDN Bahtiar Baharuddin di Jakarta, Selasa (4/11).
Menurut Bahtiar, semua langkah yang diambil Mendagri tak menyelesaikan masalah karena bersifat parsial. Buktinya Hari Sabarno cuma mencopot Ketua STPDN Sutrisno dan mengangkat I Nyoman Sumaryadi sebagai ketua pelaksana harian. Padahal, tambah Bahtiar, Sumaryadi tak mampu menyetop kekerasan di STPDN. Buktinya ada dugaan kekerasan baru di kampus di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat itu [baca: Kekerasan Masih Terjadi di STPDN].
Alumni STPDN juga tak sependapat dengan ide peleburan STPDN dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP). Bahtiar menilai, peleburan adalah upaya sistematis untuk membubarkan IIP dan mengaburkan konsep pendidikan di STPDN. Karena itu, Persatuan Alumni STPDN beranggapan peleburan kedua lembaga bukanlah langkah tepat.(ICH/Johan Heru dan Eko Purwanto)
Menurut Bahtiar, semua langkah yang diambil Mendagri tak menyelesaikan masalah karena bersifat parsial. Buktinya Hari Sabarno cuma mencopot Ketua STPDN Sutrisno dan mengangkat I Nyoman Sumaryadi sebagai ketua pelaksana harian. Padahal, tambah Bahtiar, Sumaryadi tak mampu menyetop kekerasan di STPDN. Buktinya ada dugaan kekerasan baru di kampus di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat itu [baca: Kekerasan Masih Terjadi di STPDN].
Alumni STPDN juga tak sependapat dengan ide peleburan STPDN dengan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP). Bahtiar menilai, peleburan adalah upaya sistematis untuk membubarkan IIP dan mengaburkan konsep pendidikan di STPDN. Karena itu, Persatuan Alumni STPDN beranggapan peleburan kedua lembaga bukanlah langkah tepat.(ICH/Johan Heru dan Eko Purwanto)