Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyebut acara open house Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghabiskan anggaran Rp 1,4 miliar. Pengeluaran itu dinilai sebagai pemborosan meski jumlahnya lebih kecil dari tahun 2012 silam yang menelan anggaran Rp 1,5 miliar.
Menanggapi hal itu, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, uang sebesar itu lebih baik diberikan kepada fakir miskin daripada open house. "Saya tidak tahu itu. Tetapi kalau mencapai Rp 1,4 miliar, itu lebih bagus dibagikan kepada fakir miskin. Karena seyogya pejabat negara itu harus melihat bawah," ujar Din di Jakarta, Jum'at (9/8/2013).
Menurut Din, pemimpinlah yang seharusnya mendatangi rakyat. Karena yang berpeluang berbuat salah adalah pemimpin, bukanlah rakyat. Sehingga, pemimpin tidak usah membuat acara yang sifatnya mubazir.
"Rakyat tidak salah. Yang salah itu pemimpin, maka sebenarnya untuk minta maaf itu seharusnya pemimpin turun ke bawah. Bukan bersifat mubazir," cetusnya.
Namun, Din mengatakan jika dalam anggaran yang normal, sah-sah saja setiap orang melakukan open house. Apalagi Istana Negara. Karena akan banyak yang bisa dibicarakan bersama kerabat dan orang dekat saat berkumpul dalam tajuk Idul Fitri ini.
"Saya rasa sah-sah saja semua orang melaksanakan open house. Termasuk pada diri kami (Pejabat Negara) kan banyak tamu, kerabat, sahabat yang datang. Tentu kan tidak bisa ditolak, karena saat Idul Fitri bergembira ria maka disiapkanlah makanan," ucapnya.
"Selama tidak mubazir, tidak ekstravaganza, tidak berlebih-lebihan, dan tidak perlu memakai uang negara, maka menurut hemat saya bisa lah dibenarkan," pungkas Din. (Eks)
Menanggapi hal itu, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, uang sebesar itu lebih baik diberikan kepada fakir miskin daripada open house. "Saya tidak tahu itu. Tetapi kalau mencapai Rp 1,4 miliar, itu lebih bagus dibagikan kepada fakir miskin. Karena seyogya pejabat negara itu harus melihat bawah," ujar Din di Jakarta, Jum'at (9/8/2013).
Menurut Din, pemimpinlah yang seharusnya mendatangi rakyat. Karena yang berpeluang berbuat salah adalah pemimpin, bukanlah rakyat. Sehingga, pemimpin tidak usah membuat acara yang sifatnya mubazir.
"Rakyat tidak salah. Yang salah itu pemimpin, maka sebenarnya untuk minta maaf itu seharusnya pemimpin turun ke bawah. Bukan bersifat mubazir," cetusnya.
Namun, Din mengatakan jika dalam anggaran yang normal, sah-sah saja setiap orang melakukan open house. Apalagi Istana Negara. Karena akan banyak yang bisa dibicarakan bersama kerabat dan orang dekat saat berkumpul dalam tajuk Idul Fitri ini.
"Saya rasa sah-sah saja semua orang melaksanakan open house. Termasuk pada diri kami (Pejabat Negara) kan banyak tamu, kerabat, sahabat yang datang. Tentu kan tidak bisa ditolak, karena saat Idul Fitri bergembira ria maka disiapkanlah makanan," ucapnya.
"Selama tidak mubazir, tidak ekstravaganza, tidak berlebih-lebihan, dan tidak perlu memakai uang negara, maka menurut hemat saya bisa lah dibenarkan," pungkas Din. (Eks)