Sukses

Jual Ginjal, Dwi Ketok Kaca Mobil Mewah di Bawah Baliho SBY

Dari bawah baliho raksasa bergambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, Dwi mulai "berdagang" ginjal.

Dwi Waryono terpaksa menjajakan ginjalnya untuk dijual. Hanya satu, itu dilakukan demi membiayai sekolah kedua anaknya.

Senin (12/8/2013) siang itu, matahari tengah terik-teriknya menyinari kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Menyengat kulit keriput Dwi yang mengenakan kopiah putih.

Dari bawah baliho raksasa bergambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, Dwi mulai "berdagang" ginjal. Sambil membawa poster bertuliskan "Saya pendonor darah akan mendonorkan ginjal untuk biaya anak sekolah. 087779656315".

Pria 47 tahun itu kemudian menawarkan ginjal dengan mengetuk pintu setiap mobil mewah yang berhenti di Bundaran HI. Hampir sejam berlalu. Tapi belum ada yang tertarik.

"Saya tak mematok harga. Seikhlasnya saja dibayar berapa kalau ada yang mau," kata warga RT 55 RW14 Cigedogan Timur, Sindang Kasih, Purwakarta, Jawa Barat itu.

Dia berharap ada yang mau membeli ginjalnya. Berapapun uang yang diterima, yang penting ia bisa membiayai anak-anaknya yang hendak masuk sekolah.

Anak pertamanya, Eldi Iqbal Pratama (16) hendak masuk SMK di Purwakarta. Sedangkan anak keduanya Satria Munji (5) mau masuk TK.

"Yang penting ada dermawan yang mau membantu saya dengan membeli ginjal saya," katanya.

Dwi mengaku, dirinya menjadi pengangguran usai dipecat dari perusahaan garmen di Purwakarta bulan Maret 2013 lalu. Sejak itu, ia gonta-ganti kerja serabutan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ia sudah tak lagi bekerja serabutan.

"Dulu saya pendonor darah, sampai 65 kali. Tapi pas donor terakhir itu saya jatuh sakit, dan tak masuk kerja. Perusahaan tidak mau tahu dan meminta saya mengundurkan diri," katanya.

Tak ada lagi penghasilan. Sementara sang istri juga sudah tidak bekerja lagi. Hanya menjadi ibu rumah tangga di rumah.

Sehingga, seolah tak ada jalan lain, seolah tak ada lapangan pekerjaan lagi di negara yang katanya kaya raya ini, ia rela menjajakan ginjalnya. Demi mendapat biaya untuk sekolah anak.

"Saya sudah siap diambil ginjal saya kalau ada yang mau membelinya," ujarnya. (Ary/Sss)