Sukses

Langka, <i>Warak Ngendog</i> Khas Ramadan di Semarang

Perajin Warak Ngendog semakin jarang ditemukan di Semarang, Jateng. Patung kayu berbentuk naga besar ini sering diarak saat Festival Dugderan untuk merayakan datangnya Bulan Suci Ramadan.

Liputan6.com, Semarang: Pembuat replika Warak Ngendog mulai punah. Padahal, penduduk Semarang, Jawa Tengah, mengenal Warak Ngendog berbentuk hewan menyerupai naga sejak 1881. Kini, perajinnya bisa dihitung dengan jari. Berdasarkan informasi yang dirangkum SCTV, baru-baru ini, seorang di antaranya yang masih rajin menerima pesanan terdapat di Kampung Purwadinatan. Naga terbuat dari kayu, gabus, dan kertas minyak itu dipesan untuk memeriahkan Pawai Dugderan dan pasar kaget menjelang Ramadan.

Bentuk dan harga Warak Ngendog bermacam-macam. Naga berukuran besar setinggi dua meter, harganya sekitar Rp 1-1,5 juta. Sementara Warak Ngendog berbentuk mini dijual Rp 5.000 per buah. Bahan baku untuk membuat Warak sangat mudah didapat. Perajin pun cukup membuat rangka naga terbuat dari batang bambu atau kayu, lantas dibungkus dengan gabus dan kertas minyak aneka warna.

Alkisah, Warak Ngendog muncul sejak zaman Bupati Semarang RMTA Purbaningrat berkuasa pada 1881. Dahulu kala banyak kisah dan dongeng tentang Warak, yang saat ini sudah hampir raib ditelan waktu.

Sebagian kalangan menerangkan bahwa Warak adalah perwujudan dari binatang sakti yang berasal dari Arab Saudi. Tapi, sebagian lagi mengatakan bahwa Warak adalah sejenis hewan dalam mitos kebudayaan Cina. Penafsiran yang simpang siur ini sangat mungkin terjadi, mengingat sejarah Kota Semarang sebagai kota pelabuhan yang cukup besar waktu itu, sehingga terjadi pembauran kebudayaan antarbangsa. Namun soal sebutan Ngendog atau bertelur, hanya ungkapan semata untuk menarik minat anak-anak.(KEN/Yudi Sutomo)
    Video Terkini