Bermodus menjadi pengacara dari anak salah seorang anak Moammar Khadafi yakni Saif Al-Islam Khadafi, seorang pria asal Nigeria Onouha Christian Kelechi (29) dan pasangannya, WNI bernama Sisilia Welhelmina Keraf (25), berani menipu seorang pensiunan Pertamina, Malikul H (60).
Christian Kelechi menipu korban lewat internet, menggunakan nama alias Miss Alif yang mengaku berasal dari Libya. Pada korban, ia mengaku ingin mengamankan harta Saif Al-Islam Khadafi yang kocar-kacir setelah kejatuhan rezim bapaknya itu.
Modus yang dikenal dengan nama 'Nigeria Spam' ini diawali dengan komunikasi di jejaring sosial www.tagged.com. Dari jejaring itulah akhirnya pelaku dan korban bertukar identitas.
"Korban dapat email dari tersangka -- yang secara random cari orang untuk amankan 'harta kekayaan' yang kocar-kacir," kata Kasubdit Cybercrime Direktorat Kriminal Khusus AKBP Audie S Latuheru, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Dengan beberapa kali email dengan alamat berbeda dan nomor telepon, pelaku berusaha meyakinkan korban.
"Setiap pelaku telepon korban selalu memakai private number. Dia alasannya karena kalau dari luar negeri itu selalu private number," jelas Audie.
Polisi menuturkan korban yang merugi hingga Rp 3,5 milyar ini tergiur dengan ajakan tersangka karena dijanjikan mendapat komisi 30 persen dari harta keluarga Khadafi yang bernilai 15,5 juta USD.
"Waktu korban setuju ikut mengamankan harta, pelaku langsung mengontak korban dan mengatakan dana 30 persen itu dicairkan Bank Central Malaysia," ujar Audie.
Berupaya membuat penipuan ini berhasil, tersangka Sisilia langsung menelpon korban dengan mengaku dari Bank Central Malaysia dan meminta sejumlah uang untuk pencairan dana.
"Korban semakin tertarik setelah perempuan ini beberapa kali telepon dan mengaku dari beberapa bank di Malaysia," jelasnya.
Kecurigaan korban muncul setelah setiap kali korban mengirimkan uang, pelaku mengakui ada masalah dengan pin ATM rekeningnya. "Korban baru curiga setelah dimintai uang untuk buka pin yang terblokir," ujar Audie.
Mengenai profil kedua pelaku, Audie menuturkan pelaku mengakui baru sekali ini melakukan aksinya. Keduanya pernah sama-sama di Malaysia pada tahun 2011. Sisilia diketahui adalah mantan TKI di negeri jiran itu.
"Sementara kegiatan mereka ini tidak ada hubungannya dengan kelompok lain. Mereka ini hanya berdua saja. Memang sering pulang pergi Malaysia," ungkap Audie.
Sementara itu, tersangka yang ditangkap pada 4 Juni 2013 di Cluster Orlando, Kota Wisata, Cibubur, Bogor ini sudah melakukan aksinya sejak November 2013.
Dalam penangkapan ini polisi menyita kalung emas, beberapa jam mewah, sebuah mobil, dan telepon genggam.
"Dari Rp 3,5 miliar yang dikumpulkan korban dari uang pribadi dan teman-temannya itu, tinggal Rp 1 miliar lebih yang berada di tangan pelaku," ungkap Audie.
Audie menghimbau, bagi masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap modus pihak lain yang mengirim email menjanjikan uang namun meminta uang sebelum yang dijanjikan diberikan. (Ein/Mut)
Christian Kelechi menipu korban lewat internet, menggunakan nama alias Miss Alif yang mengaku berasal dari Libya. Pada korban, ia mengaku ingin mengamankan harta Saif Al-Islam Khadafi yang kocar-kacir setelah kejatuhan rezim bapaknya itu.
Modus yang dikenal dengan nama 'Nigeria Spam' ini diawali dengan komunikasi di jejaring sosial www.tagged.com. Dari jejaring itulah akhirnya pelaku dan korban bertukar identitas.
"Korban dapat email dari tersangka -- yang secara random cari orang untuk amankan 'harta kekayaan' yang kocar-kacir," kata Kasubdit Cybercrime Direktorat Kriminal Khusus AKBP Audie S Latuheru, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Dengan beberapa kali email dengan alamat berbeda dan nomor telepon, pelaku berusaha meyakinkan korban.
"Setiap pelaku telepon korban selalu memakai private number. Dia alasannya karena kalau dari luar negeri itu selalu private number," jelas Audie.
Polisi menuturkan korban yang merugi hingga Rp 3,5 milyar ini tergiur dengan ajakan tersangka karena dijanjikan mendapat komisi 30 persen dari harta keluarga Khadafi yang bernilai 15,5 juta USD.
"Waktu korban setuju ikut mengamankan harta, pelaku langsung mengontak korban dan mengatakan dana 30 persen itu dicairkan Bank Central Malaysia," ujar Audie.
Berupaya membuat penipuan ini berhasil, tersangka Sisilia langsung menelpon korban dengan mengaku dari Bank Central Malaysia dan meminta sejumlah uang untuk pencairan dana.
"Korban semakin tertarik setelah perempuan ini beberapa kali telepon dan mengaku dari beberapa bank di Malaysia," jelasnya.
Kecurigaan korban muncul setelah setiap kali korban mengirimkan uang, pelaku mengakui ada masalah dengan pin ATM rekeningnya. "Korban baru curiga setelah dimintai uang untuk buka pin yang terblokir," ujar Audie.
Mengenai profil kedua pelaku, Audie menuturkan pelaku mengakui baru sekali ini melakukan aksinya. Keduanya pernah sama-sama di Malaysia pada tahun 2011. Sisilia diketahui adalah mantan TKI di negeri jiran itu.
"Sementara kegiatan mereka ini tidak ada hubungannya dengan kelompok lain. Mereka ini hanya berdua saja. Memang sering pulang pergi Malaysia," ungkap Audie.
Sementara itu, tersangka yang ditangkap pada 4 Juni 2013 di Cluster Orlando, Kota Wisata, Cibubur, Bogor ini sudah melakukan aksinya sejak November 2013.
Dalam penangkapan ini polisi menyita kalung emas, beberapa jam mewah, sebuah mobil, dan telepon genggam.
"Dari Rp 3,5 miliar yang dikumpulkan korban dari uang pribadi dan teman-temannya itu, tinggal Rp 1 miliar lebih yang berada di tangan pelaku," ungkap Audie.
Audie menghimbau, bagi masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap modus pihak lain yang mengirim email menjanjikan uang namun meminta uang sebelum yang dijanjikan diberikan. (Ein/Mut)