Polda Metrro Jaya masih mengusut keterkaitan NS, pemilik toko airsoft gun ilegal di Depok, Jawa Barat, dengan kegiatan terorisme yang dilakukan suaminya, Abu Sofyan alias Sofyan Tsauri. Penyelidikan itu melibatkan Densus 88 Mabes Polri.
"Dugaan itu bisa saja. Tetapi masih harus didalami. Ya Densus lebih berkompeten untuk menelusuri bagaimana alurnya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Slamet Riyanto di kantornya, Kamis (22/8/2013).
Slamet menuturkan, Polda Metro Jaya melibatkan Densus 88 karena tim itu berkompeten untuk menelusuri bagaimana alur penjualan serta kepemilikan airsoft gun serta jaringan teroris. Namun sementara ini tim penyidik Reskrimum masih menelusurin kepemilikan airsoft gun tersebut.
"Untuk sementara ini, kita fokuskan pemeriksaan kepada kepemilikan airsoft gun-nya dulu," ujar Slamet.
Seperti diberitakan NS ditangkap aparat Subdit Jatanras Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya di rumahnya di Jalan Swadaya RT 5/7 Desa Tugu Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat sehari sebelum perayaan kemerdekaan Ke 68 RI.
NS diduga sebagai pemilik toko khusus jual-beli airsoft gun 'Depok Airsofter' di Cimanggis, Depok. Di toko itu, polisi menyita puluhan senjata airsoft gun berikut pelurunya.
Tidak hanya airsoft gun, polisi juga menemukan senjata api jenis Colt Automatic kaliber 25, di rumah istri kedua Abu Sofyan itu. Menurut pengakuan wanita asal Aceh itu, pistol tersebut adalah milik Abu Sofyan. Dari pengakuannya, colt Automatic merupakan milik suaminya yang divonis 10 tahun penjara atas keterlibatannya menjual senjata api kepada jaringan teroris Aceh, pada Januari 2011 lalu.
Sofyan merupakan mantan anggota Polri berpangkat Briptu. Sejak Januari 2009-Maret 2010, Sofyan menyiapkan senjata bagi teroris Aceh dan telah memasok 48 pucuk senjata api beserta 1999 butir dengan menggunakan dana yang disiapkan dari Dulmatin, senilai total Rp325 juta.
Senjata tersebut terdiri dari AK-47 sebanyak 4 buah, M-16 sebanyak 11 buah, M-58 sebanyak 2 buah, revolver 6 buah, senjata jenis remington 2 buah, pistol jenis challenger 1 buah, dan pistol jenis browning 2 buah.
Senjata-senjata tersebut rencananya akan dipergunakan untuk pelatihan di Aceh, serta untuk merampok yang uangnya akan digunakan untuk modal menjalankan kegiatan pelatihan. (Eks)
"Dugaan itu bisa saja. Tetapi masih harus didalami. Ya Densus lebih berkompeten untuk menelusuri bagaimana alurnya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Slamet Riyanto di kantornya, Kamis (22/8/2013).
Slamet menuturkan, Polda Metro Jaya melibatkan Densus 88 karena tim itu berkompeten untuk menelusuri bagaimana alur penjualan serta kepemilikan airsoft gun serta jaringan teroris. Namun sementara ini tim penyidik Reskrimum masih menelusurin kepemilikan airsoft gun tersebut.
"Untuk sementara ini, kita fokuskan pemeriksaan kepada kepemilikan airsoft gun-nya dulu," ujar Slamet.
Seperti diberitakan NS ditangkap aparat Subdit Jatanras Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya di rumahnya di Jalan Swadaya RT 5/7 Desa Tugu Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat sehari sebelum perayaan kemerdekaan Ke 68 RI.
NS diduga sebagai pemilik toko khusus jual-beli airsoft gun 'Depok Airsofter' di Cimanggis, Depok. Di toko itu, polisi menyita puluhan senjata airsoft gun berikut pelurunya.
Tidak hanya airsoft gun, polisi juga menemukan senjata api jenis Colt Automatic kaliber 25, di rumah istri kedua Abu Sofyan itu. Menurut pengakuan wanita asal Aceh itu, pistol tersebut adalah milik Abu Sofyan. Dari pengakuannya, colt Automatic merupakan milik suaminya yang divonis 10 tahun penjara atas keterlibatannya menjual senjata api kepada jaringan teroris Aceh, pada Januari 2011 lalu.
Sofyan merupakan mantan anggota Polri berpangkat Briptu. Sejak Januari 2009-Maret 2010, Sofyan menyiapkan senjata bagi teroris Aceh dan telah memasok 48 pucuk senjata api beserta 1999 butir dengan menggunakan dana yang disiapkan dari Dulmatin, senilai total Rp325 juta.
Senjata tersebut terdiri dari AK-47 sebanyak 4 buah, M-16 sebanyak 11 buah, M-58 sebanyak 2 buah, revolver 6 buah, senjata jenis remington 2 buah, pistol jenis challenger 1 buah, dan pistol jenis browning 2 buah.
Senjata-senjata tersebut rencananya akan dipergunakan untuk pelatihan di Aceh, serta untuk merampok yang uangnya akan digunakan untuk modal menjalankan kegiatan pelatihan. (Eks)