Liputan6.com, Jakarta: Di kota besar seperti Jakarta, penganan tradisional seperti serabi khas Kota Pemalang, Jawa Tengah, ternyata masih mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Bila ingin mencicipi kelezatan serabi Pemalang, salah satu pilihan adalah buatan Daryo yang menjajakan kue tradisional itu di kaki lima jalan Cipaku I, kawasan Pasar Santa, Jakarta Selatan.
Di sebuah tenda sederhana, hampir setiap hari, Daryo menjual serabi yang diberi nama Serabi Super Pemalang dengan harga sangat terjangkau. Dengan uang Rp 2.000, setangkap serabi Pemalang dapat dibawa pulang. Selain harganya murah, serabi bikinan Pak Daryo tak kalah lezat dengan kue yang dijual di toko-toko. Buktinya, belakangan ini, dagangan Daryo laris manis atau diserbu banyak pembeli.
Apa rahasianya? Menurut Daryo, keunggulan serabi buatannya karena dibuat secara tradisional. Dia memasak serabi tidak menggunakan kompor, tapi dengan memakai kayu bakar. Buat menggoreng serabi pun menggunakan penggorengan dari tanah liat. Kendati memakai perlengkapan masak tradisional, ia menjamin serabi buatannya tak cepat basi. "Serabi saya kalau ditaruh di magic jar [pemanas nasi atau makanan--Red] sehari semalam masih kuat. Atau di kulkas, [terus] dipanasin lagi," ucap Daryo, menjamin.
Daryo mengawali usaha pembuatan serabi sekitar tiga tahun silam. Ini setelah dia letih berjualan bakso selama 16 tahun dengan keuntungan yang semakin turun. Apalagi, membuat dan berjualan serabi tak memerlukan modal besar. Bahkan, pembuatan serabi lebih praktis ketimbang bakso. Cukup menggunakan bahan baku beras, gula, tepung, dan santan. Jika awal berjualan per hari ia menghabiskan tiga liter beras, kini ia memerlukan lebih dari 10 liter beras. Sedangkan pada bulan Puasa lalu, ia juga menambah variasi jualannya dengan kolak.
Dari omzet Rp 300 ribu per hari, Daryo mengaku memetik laba bersih sebesar Rp 50 ribu. Para pembeli kerap memesan serabinya untuk acara arisan dan sejenisnya. Karena keunggulan rasa dan harga yang terjangkau, Daryo optimistis dagangannya bakal tetap laris manis.(ANS/Tim Usaha Anda)
Di sebuah tenda sederhana, hampir setiap hari, Daryo menjual serabi yang diberi nama Serabi Super Pemalang dengan harga sangat terjangkau. Dengan uang Rp 2.000, setangkap serabi Pemalang dapat dibawa pulang. Selain harganya murah, serabi bikinan Pak Daryo tak kalah lezat dengan kue yang dijual di toko-toko. Buktinya, belakangan ini, dagangan Daryo laris manis atau diserbu banyak pembeli.
Apa rahasianya? Menurut Daryo, keunggulan serabi buatannya karena dibuat secara tradisional. Dia memasak serabi tidak menggunakan kompor, tapi dengan memakai kayu bakar. Buat menggoreng serabi pun menggunakan penggorengan dari tanah liat. Kendati memakai perlengkapan masak tradisional, ia menjamin serabi buatannya tak cepat basi. "Serabi saya kalau ditaruh di magic jar [pemanas nasi atau makanan--Red] sehari semalam masih kuat. Atau di kulkas, [terus] dipanasin lagi," ucap Daryo, menjamin.
Daryo mengawali usaha pembuatan serabi sekitar tiga tahun silam. Ini setelah dia letih berjualan bakso selama 16 tahun dengan keuntungan yang semakin turun. Apalagi, membuat dan berjualan serabi tak memerlukan modal besar. Bahkan, pembuatan serabi lebih praktis ketimbang bakso. Cukup menggunakan bahan baku beras, gula, tepung, dan santan. Jika awal berjualan per hari ia menghabiskan tiga liter beras, kini ia memerlukan lebih dari 10 liter beras. Sedangkan pada bulan Puasa lalu, ia juga menambah variasi jualannya dengan kolak.
Dari omzet Rp 300 ribu per hari, Daryo mengaku memetik laba bersih sebesar Rp 50 ribu. Para pembeli kerap memesan serabinya untuk acara arisan dan sejenisnya. Karena keunggulan rasa dan harga yang terjangkau, Daryo optimistis dagangannya bakal tetap laris manis.(ANS/Tim Usaha Anda)