Situasi Timur Tengah masih jauh dari damai. Konflik tak berujung di Palestina, situasi Mesir yang kacau pasca-penggulingan Presiden Mohammed Morsi, tak ketinggalan ribuan nyawa yang melayang, termasuk anak-anak, dalam serangan senjata kimia di Suriah.
Terkait itu semua, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa bertemu dengan Presiden Dewan Keamanan PBB.
Pertemuan Menlu RI dengan Presiden Dewan Keamanan PBB, Wakil Tetap Argentina pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, Duta Besar MarÃa Cristina Perceval telah membahas berbagai perkembangan perdamaian dan keamanan di Timur Tengah, khususnya perkembangan di Palestina, Suriah dan Mesir.
Dalam pembahasan yang berlangsung kurang lebih 1 jam tersebut, Menlu RI meminta penjelasan Presiden DK PBB mengenai penanganan perkembangan di Palestina, Suriah dan Mesir oleh DK PBB.
"DK PBB harus dapat menjalankan mandatnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan di dunia khususnya di kawasan Timur Tengah" kata Marty dalam rilis, Jumat (23/8/2013).
Khusus terkait Palestina, Marty menyampaikan bahwa momentum positif dengan dimulainya proses perundingan yang difasilitasi Pemerintah AS saat ini harus terus didorong. " DK PBB harus menciptakan kondisi yang kondusif dan mendorong kedua pihak agar terus lakukan perundingan", jelas Marty.
Mengenai perkembangan di Suriah, Presiden DK menyampaikan 3 hal mendasar yang menjadi perhatian DK PBB yaitu dugaan penggunaan senjata kimia; kesulitan dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan tantangan dalam mendorong proses perundingan damai Konferensi Jenewa II.
" DK PBB harus mencari opsi-opsi lain agar perundingan damai Suriah segera digelar, termasuk dengan pendekatan yang sifatnya bertahap untuk menciptakan rasa saling percaya diantara pihak yang bertikai" tambah Menlu RI.
Terkait masalah Mesir, Menlu RI kembali menyampaikan keprihatinan yang sangat mendalam terhadap tindak kekerasan yang telah mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka. " Jika tidak dihentikan, terdapat potensi eskalasi dan korban jiwa yang lebih besar lagi" tutur Marty.
Menlu RI menegaskan sungguh kekerasan tidak pernah akan menyelesaikan permasalahan. "diperlukan sikap yang mengedepankan kepentingan bangsa dan rakyat mesir untuk mencari solusi yang bersifat win-win", tambah Marty.
Sebagai sahabat Mesir, Indonesia tidak menghendaki kekerasan yang berkelanjutan di Mesir sebagaimana terjadi di beberapa negara di kawasan.
Meskipun sampai saat ini, perkembangan di Mesir belum masuk agenda tetap DK, Menlu RI ingatkan pentingnya ambil langkah antisipatif agar kejadian di Suriah tidak terulang.
"Kekerasan bukanlah jalan untuk menemukan solusi. Diplomasi harus bergerak untuk selesaikan permasalahan di Timur Tengah", tutup Marty. (Ein)
Terkait itu semua, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa bertemu dengan Presiden Dewan Keamanan PBB.
Pertemuan Menlu RI dengan Presiden Dewan Keamanan PBB, Wakil Tetap Argentina pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, Duta Besar MarÃa Cristina Perceval telah membahas berbagai perkembangan perdamaian dan keamanan di Timur Tengah, khususnya perkembangan di Palestina, Suriah dan Mesir.
Dalam pembahasan yang berlangsung kurang lebih 1 jam tersebut, Menlu RI meminta penjelasan Presiden DK PBB mengenai penanganan perkembangan di Palestina, Suriah dan Mesir oleh DK PBB.
"DK PBB harus dapat menjalankan mandatnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan di dunia khususnya di kawasan Timur Tengah" kata Marty dalam rilis, Jumat (23/8/2013).
Khusus terkait Palestina, Marty menyampaikan bahwa momentum positif dengan dimulainya proses perundingan yang difasilitasi Pemerintah AS saat ini harus terus didorong. " DK PBB harus menciptakan kondisi yang kondusif dan mendorong kedua pihak agar terus lakukan perundingan", jelas Marty.
Mengenai perkembangan di Suriah, Presiden DK menyampaikan 3 hal mendasar yang menjadi perhatian DK PBB yaitu dugaan penggunaan senjata kimia; kesulitan dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan tantangan dalam mendorong proses perundingan damai Konferensi Jenewa II.
" DK PBB harus mencari opsi-opsi lain agar perundingan damai Suriah segera digelar, termasuk dengan pendekatan yang sifatnya bertahap untuk menciptakan rasa saling percaya diantara pihak yang bertikai" tambah Menlu RI.
Terkait masalah Mesir, Menlu RI kembali menyampaikan keprihatinan yang sangat mendalam terhadap tindak kekerasan yang telah mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka. " Jika tidak dihentikan, terdapat potensi eskalasi dan korban jiwa yang lebih besar lagi" tutur Marty.
Menlu RI menegaskan sungguh kekerasan tidak pernah akan menyelesaikan permasalahan. "diperlukan sikap yang mengedepankan kepentingan bangsa dan rakyat mesir untuk mencari solusi yang bersifat win-win", tambah Marty.
Sebagai sahabat Mesir, Indonesia tidak menghendaki kekerasan yang berkelanjutan di Mesir sebagaimana terjadi di beberapa negara di kawasan.
Meskipun sampai saat ini, perkembangan di Mesir belum masuk agenda tetap DK, Menlu RI ingatkan pentingnya ambil langkah antisipatif agar kejadian di Suriah tidak terulang.
"Kekerasan bukanlah jalan untuk menemukan solusi. Diplomasi harus bergerak untuk selesaikan permasalahan di Timur Tengah", tutup Marty. (Ein)