Warga Syiah yang kini mengungsi, harus lebih bersabar lagi untuk dapat kembali ke desa mereka di Sampang. Sebab, potensi resistensi atau penolakan warga Sampang masih sangat besar jika mereka kembali.
"Beberapa kali hasil diskusi kami menunjukkan bahwa resistensi masih sangat besar," kata anggota Tim Rekonsiliasi warga Syiah Sampang dari IAIN Sunan Ampel, Samsul Alnam di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Jika resistensi masih ada, lanjutnya, bukan tidak mungkin konflik Syiah dengan Sunni akan terjadi untuk yang kedua kalinya. Untuk itu, pihaknya menginginkan resistensi lebih kecil atau habis sama sekali, barulah warga Syiah bisa kembali ke Sampang.
"Kekhawatiran kami akan terulang lagi dan semakin menyakiti hati nurani kita. Untuk itu masalah ini harus segera diselesaikan agar rekonsiliasi dapat berjalan dengan baik," lanjutnya.
Menurut Samsul, untuk mengurangi rekonsiliasi itu, dapat dilakukan dengan 3 level penanganan. Yakni face to face antara pihak yang berkonflik, lingkaran pihak yang memiliki kepentingan pada konflik ini, dan level terakhir ada pada pemerintah.
"Level pertama dikonsentrasikan pada upaya pemulangan sesegera mungkin warga Syiah. Kedua, mengadakan dialog lebih intensif kepada ulama dan pihak lainnya. Dan pemerintah, pembenahan undang-undang, produk-produk hukum, pengembalian infrastuktur, pendidikan, dan sebagainya," terangnya.
Yang dapat diberikan tim rekonsiliasi sejauh ini adalah sesegera mungkin mengembalikan warga ke Sampang, pemulihan fisik, dan trauma agar mereka dapat kembalu beraktifikas seperti sedia kala.
Selain itu, pendekatan pada kearifan lokal juga perlu dilakukan di samping penegakan hukum. Mengingat masalah ini sudah sangat meluas dan harus dikembalikan pasa akar masalahnya.
"Terakhir, harus membatasi penggunaan terminologi yang memicu konflik lebih luas, seperti penganut Syiah diganti menjadi pengikut Tajul dan sebagainya. Karena pada dasarnya inilah yang terjadi pada level lokal," tandas Samsul. (Mut/Sss)
"Beberapa kali hasil diskusi kami menunjukkan bahwa resistensi masih sangat besar," kata anggota Tim Rekonsiliasi warga Syiah Sampang dari IAIN Sunan Ampel, Samsul Alnam di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Jika resistensi masih ada, lanjutnya, bukan tidak mungkin konflik Syiah dengan Sunni akan terjadi untuk yang kedua kalinya. Untuk itu, pihaknya menginginkan resistensi lebih kecil atau habis sama sekali, barulah warga Syiah bisa kembali ke Sampang.
"Kekhawatiran kami akan terulang lagi dan semakin menyakiti hati nurani kita. Untuk itu masalah ini harus segera diselesaikan agar rekonsiliasi dapat berjalan dengan baik," lanjutnya.
Menurut Samsul, untuk mengurangi rekonsiliasi itu, dapat dilakukan dengan 3 level penanganan. Yakni face to face antara pihak yang berkonflik, lingkaran pihak yang memiliki kepentingan pada konflik ini, dan level terakhir ada pada pemerintah.
"Level pertama dikonsentrasikan pada upaya pemulangan sesegera mungkin warga Syiah. Kedua, mengadakan dialog lebih intensif kepada ulama dan pihak lainnya. Dan pemerintah, pembenahan undang-undang, produk-produk hukum, pengembalian infrastuktur, pendidikan, dan sebagainya," terangnya.
Yang dapat diberikan tim rekonsiliasi sejauh ini adalah sesegera mungkin mengembalikan warga ke Sampang, pemulihan fisik, dan trauma agar mereka dapat kembalu beraktifikas seperti sedia kala.
Selain itu, pendekatan pada kearifan lokal juga perlu dilakukan di samping penegakan hukum. Mengingat masalah ini sudah sangat meluas dan harus dikembalikan pasa akar masalahnya.
"Terakhir, harus membatasi penggunaan terminologi yang memicu konflik lebih luas, seperti penganut Syiah diganti menjadi pengikut Tajul dan sebagainya. Karena pada dasarnya inilah yang terjadi pada level lokal," tandas Samsul. (Mut/Sss)