Tudingan yang dilontarkan kubu pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Sumawiredja kepada Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) tak hanya soal suap di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. Kubu pasangan incumbent ini juga dituding membajak suara parpol pendukung.
Namun, tim pemenangan KarSa menilai hal itu tidak mungkin dilakukan pihaknya. Sebab, para pimpinan parpol memiliki integritas.
"Beli suara? Apakah semurah itu parpol? Apakah pimpinan tidak punya integritas? Apakah dengan 1 atau 2 miliar cukup," tanya anggota tim pemenangan KarSa, Hadi Pranoto, di posko pemenangan Jalan Citarum, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/8/2013).
Menurutnya, tudingan itu sangat tidak beralasan. Terbukti saat pimpinan parpol pendukung pasangan KarSa datang langsung untuk menyatakan dukungan kepada peserta Pilkada Jatim itu, seperti dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Sampai ketuanya datang. Nah, kalau Pak Prabowo, mau disuap berapa?" tanyanya lagi.
Hadi menambahkan, jika hal ini dibiarkan terus, pandangan buruk masyarakat terhadap dunia politik akan semakin besar. Sebab, politik itu berhubungan dengan etik.
"Kalau modelnya seperti itu, jangan salahkan kalau politik akan dianggap kotor, persepsinya intrik dan fitnah. Itu bertentangan dengan politik yang menganut faham etik," tegasnya. (Ado/Ism)
Namun, tim pemenangan KarSa menilai hal itu tidak mungkin dilakukan pihaknya. Sebab, para pimpinan parpol memiliki integritas.
"Beli suara? Apakah semurah itu parpol? Apakah pimpinan tidak punya integritas? Apakah dengan 1 atau 2 miliar cukup," tanya anggota tim pemenangan KarSa, Hadi Pranoto, di posko pemenangan Jalan Citarum, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/8/2013).
Menurutnya, tudingan itu sangat tidak beralasan. Terbukti saat pimpinan parpol pendukung pasangan KarSa datang langsung untuk menyatakan dukungan kepada peserta Pilkada Jatim itu, seperti dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Sampai ketuanya datang. Nah, kalau Pak Prabowo, mau disuap berapa?" tanyanya lagi.
Hadi menambahkan, jika hal ini dibiarkan terus, pandangan buruk masyarakat terhadap dunia politik akan semakin besar. Sebab, politik itu berhubungan dengan etik.
"Kalau modelnya seperti itu, jangan salahkan kalau politik akan dianggap kotor, persepsinya intrik dan fitnah. Itu bertentangan dengan politik yang menganut faham etik," tegasnya. (Ado/Ism)