Sukses

Riset Capres LPI: Jokowi Dikalahkan Hary Tanoe

Dalam riset yang dilakukan Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Jokowi dikalahkan politisi Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo.

Berbagai survei calon presiden selalu menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai pemenang. Namun, dalam riset yang dilakukan Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Jokowi dikalahkan politisi Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo.

Direktur LPI Boni Hargens memaparkan hasil riset melalui Focus Group Discussion (FGD) yang bertema 'Ranking Kadar Keindonesiaan Capres-Cawapres 2014' itu di Cikini, Jakarta, Rabu (28/8/2013). Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendapat rangking pertama sebesar 79%.

Bukannya peringkat 2 yang didapat, Jokowi berada di posisi ketiga sebesar 70%. Sementara posisi kedua diduduki Hary Tanoesoedibjo (72%).

Posisi keempat bertengger Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (67%). Rangking terendah yang dianggap kurang mampu menjadi capres adalah Aburizal Bakrie (36%), Ani Yudhoyono dan Hatta Rajasa (41%), juga Endriartono Sutarto (45%).

Penelitian LPI ini dilakukan dengan 2 pendekatan sekaligus, yakni kualitatif dan kuantitatif. FGD diadakan LPI pada 17 Agustus 2013 yang melibatkan para pakar. Kemudian dilanjutkan pada 24 Agustus 2013 yang menjaring masyarakat umum. Terakhir, pada 26 Agustus 2013, LPI mengundang aktivis mahasiswa.

Opini-opini yang diutarakan peserta, yang diwakili sebanyak 20 orang per grup, digali dengan diskusi mendalam. Hal itu merupakan salah satu proses penelitian kualitatif, tetapi digabung dengan penelitian kuantitatif yang memakai tolak ukur scoring dalam bentuk tabel. Scoring dalam skala 0-10 dengan 0 artinya terendah dan 10 artinya tertinggi.

Ada 3 indikator utama dalam penelitian tersebut, yaitu kualitas personal, rekam jejak, juga visi ke-Indonesiaan. Untuk mendapatkan hasil mendetail, LPI menggunakan 8 sub-indikator untuk mengkaji kualitas personal, seperti wawasan ke-Indonesiaan, kemampuan memimpin, tidak melakukan KKN, tidak melakukan pelanggaran HAM, reliabilitas, bebas masalah, kemajemukan, dan menolak negara agama. (Mut/Yus)
Video Terkini