Harga kedelai yang tidak kunjung turun membuat sejumlah pengrajin tahu dan tempe berang. Mereka menghentikan produksi, bahkan melakukan sweeping ke pabrik-pabrik tahu dan tempe lain yang masih berproduksi, meminta rekannya berhenti membuat tahu dan tempe.
Liputan 6 Petang SCTV, Jumat (30/8/2013) menayangkan, puluhan pengrajin tahu di Banyuwangi, Jawa Timur, mendatangi sejumlah pabrik tahu yang masih nekat produksi. Mereka meminta produksi dihentikan sesuai kesepakatan bersama. Meski demikian, tahu yang sudah terlanjur diproduksi diperbolehkan untuk dijual di pasaran.
Sementara di Bogor, Jawa Barat, sejumlah pengusaha tahu-tempe memilih berhenti produksi. Salah satu perusahaan yang berhenti produksi adalah pengusaha Rumah Tempe Indonesia yang merupakan produsen tempe bertaraf internasional. Para pekerja memilih bersih-bersih peralan dan mesin pembuatan tempe.
Sekitar 170 dari 1.110 pengrajin tempe yang tergabung dalam gabungan koperasi produsen tempe-tahu Indonesia Gakopti akan mogok di awal September jika harga kedelai tidak stabil. Para pedagang tahu tempe di pasar di kawasan Bogor, Jawa Barat juga terpaksa menaikan harga dagangan sebesar 20 persen.
Kenaikan harga kedelai juga membuat pengusaha tahu tempe rumahan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat terpuruk. Sebagian terpaksa beralih profesi menjadi pembuat batu bata, penjual sayur, hingga menjadi tukang ojek.
Motor yang selama ini digunakan untuk mengantar tahu dan tempe ke pelanggannya kini dialihfungsikan untuk membawa sayur-mayur. Jika pemerintah tak bergerak cepat, makanan rakyat tahu-tempe bisa jadi tidak akan lagi merakyat. (Eks/Sss)
Liputan 6 Petang SCTV, Jumat (30/8/2013) menayangkan, puluhan pengrajin tahu di Banyuwangi, Jawa Timur, mendatangi sejumlah pabrik tahu yang masih nekat produksi. Mereka meminta produksi dihentikan sesuai kesepakatan bersama. Meski demikian, tahu yang sudah terlanjur diproduksi diperbolehkan untuk dijual di pasaran.
Sementara di Bogor, Jawa Barat, sejumlah pengusaha tahu-tempe memilih berhenti produksi. Salah satu perusahaan yang berhenti produksi adalah pengusaha Rumah Tempe Indonesia yang merupakan produsen tempe bertaraf internasional. Para pekerja memilih bersih-bersih peralan dan mesin pembuatan tempe.
Sekitar 170 dari 1.110 pengrajin tempe yang tergabung dalam gabungan koperasi produsen tempe-tahu Indonesia Gakopti akan mogok di awal September jika harga kedelai tidak stabil. Para pedagang tahu tempe di pasar di kawasan Bogor, Jawa Barat juga terpaksa menaikan harga dagangan sebesar 20 persen.
Kenaikan harga kedelai juga membuat pengusaha tahu tempe rumahan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat terpuruk. Sebagian terpaksa beralih profesi menjadi pembuat batu bata, penjual sayur, hingga menjadi tukang ojek.
Motor yang selama ini digunakan untuk mengantar tahu dan tempe ke pelanggannya kini dialihfungsikan untuk membawa sayur-mayur. Jika pemerintah tak bergerak cepat, makanan rakyat tahu-tempe bisa jadi tidak akan lagi merakyat. (Eks/Sss)