Meski pembunuh seorang manajer perusahan multifinance Sisca Yofie telah tertangkap, namun kasus tersebut masih mengundang tanda tanya besar. Terlebih adanya hubungan khusus antara anggota Kasubid Pengmas Humas Polda Jawa Barat Komisaris Polisi Albertus Eko Budiharto (38) dengan Sisca Yofie.
Anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin pun menilai kasus pembunuhan sadis tersebut sebagai pertaruhan besar citra kepolisian. Sebab, banyak pihak yang tidak yakin pada proses penyelidikan kasus tersebut.
"Justru setelah rekonstruksi pembunuhan sadis terhadap Sisca kecurigaan publik makin menjadi-jadi. Kembali citra kepolisian dipertaruhkan," kata politisi Partai Demokrat itu kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (31/8/2013).
Memang, sambung Didi, belum tentu tuduhan yang telah memojokkan pihak kepolisian bahwa anggotanya terlibat kasus pembunuhan itu benar. Namun untuk meyakinkan publik, polisi harus siap membuktikan bahwa oknum anggotanya tidak terlibat.
"Alangkah baiknya apabila ahli-ahli forensik independen dan pakar-pakar kriminal independen untuk dilibatkan dalam penyelidikan kasus Sisca ini. Bukannya kami tidak percaya pada investigasi yang telah dilakukan, tetapi karena perhatian luar biasa banyak pihak, polisi harus melakukan langkah terbaik, demi menjaga harkat martabat dan kepercayaan kepolisian," paparnya.
Sebab, menurut Didi, apapun hasilnya akan jauh lebih baik dan bagi citra Polri di mata publik. Bagaimanapun kasus itu adalah pembunuhan yang amat sangat sadis, wajar nurani publik sangat tidak terima apabila pembunuhan sadis ini tidak terungkap secara terang benderang.
"Kewibawaan dan kepercayaan kepolisian sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum wajib kita jaga dengan sebaiknya. Terungkapnya kasus ini akan menjadi kado yang sangat berarti sebelum Kapolri mengakhiri tugas mulia memimpin Korps Bhayangkara," tukas putra Menkumham Amir Syamsuddin itu. (Mut)
Anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin pun menilai kasus pembunuhan sadis tersebut sebagai pertaruhan besar citra kepolisian. Sebab, banyak pihak yang tidak yakin pada proses penyelidikan kasus tersebut.
"Justru setelah rekonstruksi pembunuhan sadis terhadap Sisca kecurigaan publik makin menjadi-jadi. Kembali citra kepolisian dipertaruhkan," kata politisi Partai Demokrat itu kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (31/8/2013).
Memang, sambung Didi, belum tentu tuduhan yang telah memojokkan pihak kepolisian bahwa anggotanya terlibat kasus pembunuhan itu benar. Namun untuk meyakinkan publik, polisi harus siap membuktikan bahwa oknum anggotanya tidak terlibat.
"Alangkah baiknya apabila ahli-ahli forensik independen dan pakar-pakar kriminal independen untuk dilibatkan dalam penyelidikan kasus Sisca ini. Bukannya kami tidak percaya pada investigasi yang telah dilakukan, tetapi karena perhatian luar biasa banyak pihak, polisi harus melakukan langkah terbaik, demi menjaga harkat martabat dan kepercayaan kepolisian," paparnya.
Sebab, menurut Didi, apapun hasilnya akan jauh lebih baik dan bagi citra Polri di mata publik. Bagaimanapun kasus itu adalah pembunuhan yang amat sangat sadis, wajar nurani publik sangat tidak terima apabila pembunuhan sadis ini tidak terungkap secara terang benderang.
"Kewibawaan dan kepercayaan kepolisian sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum wajib kita jaga dengan sebaiknya. Terungkapnya kasus ini akan menjadi kado yang sangat berarti sebelum Kapolri mengakhiri tugas mulia memimpin Korps Bhayangkara," tukas putra Menkumham Amir Syamsuddin itu. (Mut)