Desa Sambirejo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, dikenal sebagai desa yang kering kerontang dan gersang. Di musim kemarau, air bersih sungguh sulit didapat. Hal itu kini dapat teratasi berkat jasa dari bidan Listiyani yang peduli tersebut.
Tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (1/9/2013) memberitakan, warga desa telah terbiasa antre demi beberapa tetes air bersih. Kini, berkat sumur bor, di musim kemarau pun warga bisa memperoleh air bersih dengan mudah.
Hal ini berkat hasil peralihan seorang bidan desa Listyani Ritawati. Awalnya, Listyani prihatin karena proses persalinan bayi selalu kekurangan air hingga banyak kasus keguguran. Selain itu, anak-anak desa sering terjangkit penyakit seperti diare dan tipus.
Melihat kondisi tersebut, Listyani tak bisa tinggal diam. Dengan berbagai cara, ia mencoba mencari solusi. Â
Tahun 2009, Listyani menang lomba proposal yang diselenggarakan Ikatan Bidan Indonesia. Dalam proposal itu, Listyani menjelaskan sumur bor atau deepwell sebetulnya bisa dibangun dan membantu desa seperti Sambirejo.
Untuk mewujudkan idenya, Listyani menggunakan hadiah lomba sebesar Rp 21 juta untuk membuat sumur bor di halaman rumah.
Awalnya, upaya ibu dua anak ini ditentang banyak warga yang takut sumur bor bisa memicu longsor. Untung, keluarga mendukung penuh langkah Listyani tersebut.
Tidak hanya itu, bidan Listyani pun berpikir agar warga desa yang lain juga dapat menikmati air bersih tersebut.
Tahun 2011, Listyani mengajukan proposal pembuatan sumur bor ke Dinas Pekerjaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta. Permintaan Listyani bersambut.
Dinas Pekerjaan Umum menyetujui sebuah program pengadaan sumur bagi Desa Sambirejo senilai Rp 300 juta. Sumur bor desa itu kini mampu menyediakan air bersih dengan mudah dan murah bagi sekitar 200 kepala keluarga.
Warga desa tidak perlu lagi membeli air dari truk tanki yang harus dibayar dengan harga Rp 30 ribu per meter kubiknya.
Biaya yang dikutip dari warga sebetulnya biaya perawatan sumur saja. Listyani juga mengatur agar sepuluh persen dari dana yang terkumpul digunakan untuk amal dan kesehatan balita desa.
Berkat bidan Listyani, Desa Sambirejo kini semakin hidup dan maju. Langkah Listyani juga telah membuka mata banyak warga desa sekitar. Sekarang, hampir tiap dusun di kawasan Gunung Kidul memiliki sumur bor. Kemarau itu tidak lagi terlihat menakutkan. (Ali/Ism)
Tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (1/9/2013) memberitakan, warga desa telah terbiasa antre demi beberapa tetes air bersih. Kini, berkat sumur bor, di musim kemarau pun warga bisa memperoleh air bersih dengan mudah.
Hal ini berkat hasil peralihan seorang bidan desa Listyani Ritawati. Awalnya, Listyani prihatin karena proses persalinan bayi selalu kekurangan air hingga banyak kasus keguguran. Selain itu, anak-anak desa sering terjangkit penyakit seperti diare dan tipus.
Melihat kondisi tersebut, Listyani tak bisa tinggal diam. Dengan berbagai cara, ia mencoba mencari solusi. Â
Tahun 2009, Listyani menang lomba proposal yang diselenggarakan Ikatan Bidan Indonesia. Dalam proposal itu, Listyani menjelaskan sumur bor atau deepwell sebetulnya bisa dibangun dan membantu desa seperti Sambirejo.
Untuk mewujudkan idenya, Listyani menggunakan hadiah lomba sebesar Rp 21 juta untuk membuat sumur bor di halaman rumah.
Awalnya, upaya ibu dua anak ini ditentang banyak warga yang takut sumur bor bisa memicu longsor. Untung, keluarga mendukung penuh langkah Listyani tersebut.
Tidak hanya itu, bidan Listyani pun berpikir agar warga desa yang lain juga dapat menikmati air bersih tersebut.
Tahun 2011, Listyani mengajukan proposal pembuatan sumur bor ke Dinas Pekerjaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta. Permintaan Listyani bersambut.
Dinas Pekerjaan Umum menyetujui sebuah program pengadaan sumur bagi Desa Sambirejo senilai Rp 300 juta. Sumur bor desa itu kini mampu menyediakan air bersih dengan mudah dan murah bagi sekitar 200 kepala keluarga.
Warga desa tidak perlu lagi membeli air dari truk tanki yang harus dibayar dengan harga Rp 30 ribu per meter kubiknya.
Biaya yang dikutip dari warga sebetulnya biaya perawatan sumur saja. Listyani juga mengatur agar sepuluh persen dari dana yang terkumpul digunakan untuk amal dan kesehatan balita desa.
Berkat bidan Listyani, Desa Sambirejo kini semakin hidup dan maju. Langkah Listyani juga telah membuka mata banyak warga desa sekitar. Sekarang, hampir tiap dusun di kawasan Gunung Kidul memiliki sumur bor. Kemarau itu tidak lagi terlihat menakutkan. (Ali/Ism)