Kapolres Poso AKBP Susnadi mengatakan, pola perekrutan pelaku teroris di Indonesia saat ini sporadis. Mereka mengirim mentor dari alumni Afganistan yang memiliki keahlian di bidang masing-masing, seperti keahlian persenjataan.
"Polanya yang sekarang menggunakan pola sporadis, yaitu mengirim mentor-mentor. Misalnya ke Jawa, mereka melatih di situ, membuat senjata di situ dan juga melakukan kegiatan di situ. Apabila ditarik polanya, pasti jaringan teroris-teroris itu semuanya berhubungan dengan Poso. Mantan perkumpulan dari Afganistan," kata Susnadi usai mengikuti penutupan Apel Kasatwil di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/9/201).
Awalnya, kata dia, para teroris tersebut melakukan operasi pusat dikendalikan dari Poso. Namun, saat ini berubah dengan pola merekrut orang dari luar, dengan melatih anggota baru.
Perwira melati 2 itu mengatakan, Poso merupakan lokasi yang memiliki geografis menguntungkan bagi kelompok teroris dalam mengembangkan kegiatannya. Sebab, wilayah tersebut selain memiliki struktur berbukit, juga memiliki nilai sejarah, yang bagi mereka dianggap suci untuk melakukan jihad.
"Poso jadi pusat teroris, dari ustad yang ternama yang disegani di kelompoknya. Di sana jadi tempat latihan, rekruitmen, dan sebagai penyimpanan senjata. Dari faktor historisnya, jadi kelompok jihad itu makanya pada berdatangan (orang dari luar) semua," beber dia.
Menurut Kapolres yang belum setahun itu, kelompok teroris di Poso masih memiliki simpatisan cukup banyak. Kelompok itu pun saling membantu, baik secara langsung atau tidak langsung seperti memberikan dana, menyediakan logistik berupa tempat tinggal, konsumsi, senjata, dan informasi untuk mendukung kegiatan teror.
"Namun itu hanya ada sebagian masyarakat yang menutup-tutupi," tandas dia. (Rmn/Mut)
"Polanya yang sekarang menggunakan pola sporadis, yaitu mengirim mentor-mentor. Misalnya ke Jawa, mereka melatih di situ, membuat senjata di situ dan juga melakukan kegiatan di situ. Apabila ditarik polanya, pasti jaringan teroris-teroris itu semuanya berhubungan dengan Poso. Mantan perkumpulan dari Afganistan," kata Susnadi usai mengikuti penutupan Apel Kasatwil di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Rabu (4/9/201).
Awalnya, kata dia, para teroris tersebut melakukan operasi pusat dikendalikan dari Poso. Namun, saat ini berubah dengan pola merekrut orang dari luar, dengan melatih anggota baru.
Perwira melati 2 itu mengatakan, Poso merupakan lokasi yang memiliki geografis menguntungkan bagi kelompok teroris dalam mengembangkan kegiatannya. Sebab, wilayah tersebut selain memiliki struktur berbukit, juga memiliki nilai sejarah, yang bagi mereka dianggap suci untuk melakukan jihad.
"Poso jadi pusat teroris, dari ustad yang ternama yang disegani di kelompoknya. Di sana jadi tempat latihan, rekruitmen, dan sebagai penyimpanan senjata. Dari faktor historisnya, jadi kelompok jihad itu makanya pada berdatangan (orang dari luar) semua," beber dia.
Menurut Kapolres yang belum setahun itu, kelompok teroris di Poso masih memiliki simpatisan cukup banyak. Kelompok itu pun saling membantu, baik secara langsung atau tidak langsung seperti memberikan dana, menyediakan logistik berupa tempat tinggal, konsumsi, senjata, dan informasi untuk mendukung kegiatan teror.
"Namun itu hanya ada sebagian masyarakat yang menutup-tutupi," tandas dia. (Rmn/Mut)