Sukses

Masmundari, Pelukis Damar Kurung Tertua

Di usianya yang renta, Masmundari masih bersemangat menorehkan garis dan warna di atas kertas. Perempuan berusia 99 tahun ini seperti tak kehabisan ide melukis damar kurung.

Liputan6.com, Gresik: Di usianya yang senja, pelukis damar kurung atau lampion, Masmundari masih tetap berkarya. Perempuan renta ini seperti tak pernah menyerah pada waktu. Bahkan sampai kini, jari jemari perempuan berusia 99 tahun ini masih lincah menorehkan garis dan warna di atas kertas. Apalagi bila ada seseorang yang sengaja memesan lukisan damar kurung padanya. &quotEmbah akan dengan serius mengerjakannya,&quot kata Rukiyah, salah seorang cucu Masmudari, baru-baru ini.

Walau berbadan bungkuk, namun keberadaan Masmundari masih patut diperhitungkan. Soalnya perempuan kelahiran Kampung Telogo Pojok, Gresik, Januari 1904 ini seperti tak pernah kehabisan ide untuk berkarya. Semangat hidupnya pun masih menggebu-gebu. Bahkan, dia sempat bertekad melukis damar kurung sampai akhir hayatnya.

Masmundari pun mulai mewariskan keahliannya pada anak cucu. Seperti yang diakui Rokayah, salah seorang cucunya. &quotSaya kini sudah bisa melukis kurung damar,&quot ungkap Rokayah di rumah sang nenek di Jalan Gubernur Suryo Gang 7 B Nomor 41B, Gresik. Namun Rokayah mengakui, belum seahli neneknya yang sudah berpuluh-puluh tahun menekuni karya lukis. &quotMasing-masing punya ciri tersendiri,&quot jelas Rokayah.

Meski sudah ada anak dan cucunya yang bisa melukis damar kurung, toh suatu kali Masmundari pernah mengeluh. Pasalnya, anak dan cucunya kurang sabar dalam menekuni warisan yang sudah turun temurun tersebut. Sebab itu pula perempuan yang pengelihatan dan pendengarannya sudah tak jelas ini tak segan mengkritik hasil karya anak cucunya. Kalau sudah begitu, dia akan dengan senang hati menjelaskan masing-masing filosofi garis dan warna yang bisa ditorehkan di atas mika atau lampion.

Boleh jadi setiap karya Masmundari cenderung bersifat naratif bahkan naif. Lukisan yang menggambarkan tiupan angin, misalnya. Penggambaran angin cukup dia tunjukkan dengan simbol anak panah. Namun di situlah letak kelebihan Masmundari. Obyek lukisannya pun tak terbatas. Kadang dia melukis sejarah masa silam, namun di lain waktu Masmundari menggambar kejadian yang baru saja terjadi. Cerita Idul Fitri di kampungnya dan kehidupan tetangga yang punya banyak anak, contohnya.

Anak dari pasangan A. Sukiman dan Kotijah ini juga bisa dikatakan bukan tipe perempuan yang senang berpangku tangan. Meski sudah berusia lanjut, nenek beberapa orang cucu ini masih suka melakukan pekerjaan sehari-hari seperti menyapu dan melipat pakaian. Bahkan empat tahun silam, Masmundari masih memasak dan mencuci sendiri.(ICH/Mohamad Khodim)
    Video Terkini