Musim kemarau mengakibatkan waduk mengering, seperti yang terjadi di Waduk Botok, Sragen, Jawa Tengah. Air waduk yang menjadi harapan para petani kini mengering tak menyisakan air sedikitpun
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (8/9/2013), waduk yang berlokasi di Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen ini mengering. Bagian dasar waduk yang sebelumnya terdapat lumpur kini telah mengering dan pecah-pecah.
Waduk Botok yang mendapatkan aliran dari anak Sungai Bengawan Solo ini selain dapat menampung 5.000 kubik air, juga dapat mengairi lahan pertanian di bawahnya seluas 2.500 hektare. Akibat kondisi ini petani siap-siap merugi karena gagal panen.
Waduk yang memiliki luas sekitar 1 km persergi ini menjadi andalan para petani di 16 desa. Dengan kondisi tersebut, kini para petani mulai beralih untuk menanam palawija, karena selain untuk menghindari kerugian besar, tanaman palawija merupakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air.
Sedangkan di Boyolali, Jawa Tengah, sejumlah warga lereng merapi nekat menuruni dasar jurang sedalam 200 meter demi mendapatkan air bersih. Meski medan menuju jurang cukup berat, namun terpaksa dilakukan warga karena saluran air bersih ke rumah mereka masih sangat kurang.
Walau air yang diambil kurang begitu bersih dan berlumut, namun warga tetap menggunakannya untuk memasak dan minum. Namun, setiap warga hanya bisa membawa air bersih dalam jumlah yang terbatas akibat sulitnya kondisi medan menuju sumber air.
Di Kabupaten Boyolali, wilayah yang rawan kekeringan meliputi beberapa desa di wilayah selatan yang berada di lereng merapi, yaitu Kecamatan Musuk, Cepogo, dan Selo. Sedangkan untuk wilayah utara yaitu di Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, Juwangi, Andong, Klego, Simo, dan Kecamatan Karanggede. (Mut)
Dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (8/9/2013), waduk yang berlokasi di Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Sragen ini mengering. Bagian dasar waduk yang sebelumnya terdapat lumpur kini telah mengering dan pecah-pecah.
Waduk Botok yang mendapatkan aliran dari anak Sungai Bengawan Solo ini selain dapat menampung 5.000 kubik air, juga dapat mengairi lahan pertanian di bawahnya seluas 2.500 hektare. Akibat kondisi ini petani siap-siap merugi karena gagal panen.
Waduk yang memiliki luas sekitar 1 km persergi ini menjadi andalan para petani di 16 desa. Dengan kondisi tersebut, kini para petani mulai beralih untuk menanam palawija, karena selain untuk menghindari kerugian besar, tanaman palawija merupakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air.
Sedangkan di Boyolali, Jawa Tengah, sejumlah warga lereng merapi nekat menuruni dasar jurang sedalam 200 meter demi mendapatkan air bersih. Meski medan menuju jurang cukup berat, namun terpaksa dilakukan warga karena saluran air bersih ke rumah mereka masih sangat kurang.
Walau air yang diambil kurang begitu bersih dan berlumut, namun warga tetap menggunakannya untuk memasak dan minum. Namun, setiap warga hanya bisa membawa air bersih dalam jumlah yang terbatas akibat sulitnya kondisi medan menuju sumber air.
Di Kabupaten Boyolali, wilayah yang rawan kekeringan meliputi beberapa desa di wilayah selatan yang berada di lereng merapi, yaitu Kecamatan Musuk, Cepogo, dan Selo. Sedangkan untuk wilayah utara yaitu di Kecamatan Kemusu, Wonosegoro, Juwangi, Andong, Klego, Simo, dan Kecamatan Karanggede. (Mut)