Sukses

3 Konsep Perombakan 15 Terminal di Jakarta

Dishub DKI akan merenovasi 15 terminal ke dalam 3 konsep. Apa saja itu dan bagaimana kelebihan masing-masingnya?

Pemprov DKI akan merenovasi total  15 terminal (sebelumnya Jokowi bilang 17). Renovasi itu akan dibagi dalam tiga konsep. Yaitu Mezzanine, Pedestarian, dan kombinasi Mezzanina dan Pedestarian.

"Beberapa bangunan terminal akan kita rombak total menjadi seperti konsep-konsep tersebut," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono di Balaikota DKI, Jakarta, Senin, (9/9/2013).

Tiga konsep bangunan itu menggunakan gaya bangunan kolonial tempo dulu. Untuk konsep Mezzanine, terminal akan dibagi menjadi 4 tingkat ke bawah tanah. Di tingkat paling atas, tempat bus keluar masuk terminal.  Penumpang yang baru turun dari bus di tingkat paling atas, harus turun ke lantai bawah.

"Lantai I, ke bawah akan dibuat sebagai parkir area, plumbing (saluran pembuangan), dan area service. Di lantai II, sebagai lokasi jalur keberangkatan dan kedatangan angkutan umum. Sedangan lantai Mezzanine, akan dijadikan koridor orang dan penumpang," kata Pristono.

Di lantai Mezzanine, tempat bus keluar-masuk terminal kawasan untuk lalu lalang penumpang yang baru turun dan akan naik bus. Konsepnya mirip dengan Terminal Blok M saat ini, di mana penumpang yang naik turun angkutan harus mengakses bawah tanah. Namun bedanya, pada konsep ini akan lebih tertata.

"Nanti untuk yang naik, tidak perlu capek. Karena akan dilengkapi dengan eskalator," jelas dia.

Dengan dibangunnya seperti konsep itu, itu akan menghindari lalu lalang penumpang ketika naik dan turun di sembarang tempat. "Kemudian di dua lantai paling bawahnya lagi adalah food court dan tempat penitipan kendaraan," ucap dia.

"Contoh terminal yang nantinya akan diterapkan konsep Mezzanine adalah terminal Kampung Rambutan, Pulo Gadung, Kalideres dan Rawamangun," tambah Pristono.

Sedangkan untuk bangunan konsep pedestrian crossing, bangunan terminal akan berbentuk seperti pedestarian. Di mana nanti naik dan turun penumpang di lokasi yang telah disediakan. Perbedaan dengan Mezzanina adalah aktivitas penumpang dan bus masih bersinggungan dan tidak memanfaatkan ruang bawah tanah.

Menurut Udar, konsep pedestarian ini terbilang lebih mengeluarkan sedikit anggaran dibanding konsep Mezzanina. Namun demikian, konsep kedua tetap menyediakan tempat bagi pedagang kaki lima dan lokasi park and ride.

"Contoh konsep pedestrian akan diterapkan di terminal Kota, Muara Angke, Ragunan, Klender, Pasar Minggu, dan Tanjung Priok. Secara garis besar konsep ini mirip dengan shuttle bus di Bandara Soekarno-Hatta," ungkapnya.

Konsep ketiga ialah konsep kombinasi antara keduanya. Bangunan terminal yang menggunakan konsep kombinasi diperuntukan bagi bangunan terminal yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas. "Ini untuk lokasi terminal yang kecil. Seperti terminal Manggarai, Senen, Manggarai, Pinang Ranti, Kampung Melayu, dan Grogol," tutur Udar.

Dalam konsep ini, aktivitas naik turun penumpang melalui gedung yang telah disediakan. Namun ada juga bagian penumpang bisa naik tanpa masuk bangunan namun tetap di jalur khusus seperti di pedestrian crossing concept. (Ali/Ism)
Video Terkini