Koordinator Forum Komunikasi Pensiunan Penuntut Pesangon (FKP3) Lampung, Fachri Biran mengatakan, banyak anggotanya lebih setuju menempuh jalur mediasi dalam masalah pesangon pensiunan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sebab, mediasi dinilai sebagai jalur lebih efektif ketimbang menggelar aksi unjuk rasa.
Fachri mengatakan, memang sebagian anggotanya saat ini makin resah akibat tidak ada tanda-tanda penyelesaian win-win solution. Karenanya, ia juga mendukung anggotanya yang memilih jalur mediasi seperti yang difasilitasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
"Sikap kami sudah jelas. Kawan-kawan di Lampung akan menempuh jalan mediasi tanpa perlu menunggu persetujuan dari daerah lain. Kami sudah mendatangi kantor Kemenakertrans pada tanggal 10 September kemarin untuk menjajaki pengajuan mediasi," ujar Fachri dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Kendati jika anggota FKP3 lain masih memilih opsi aksi turun jalan, Fachri mempersilakan. Tapi secara pribadi, dia berpendapat bahwa akan lebih baik jika jalur yang ditempuh adalah mediasi.
"Ada sebagian yang mendesak supaya mediasi dilakukan seluruh anggota. Tapi bagi saya, satu orang yang punya opsi mediasi yang bisa berguna itu lebih baik, daripada banyak orang tapi tidak benar, itu percuma," ujar Fachri.
Fachri juga menghimbau agar pimpinan FKP3 daerah lain tidak terlalu ngotot berunjuk rasa, jika memang masih terbuka peluang dialog dan berunding melalui mediasi. Jangan sampai hanya demi kepentingan pribadi, para pensiunan lain di daerah dikorbankan.
"Mungkin teman-teman di FKP3 Pusat itu lama-lama lelah dan jadi bingung. Sebenarnya, agenda demo sudah lama, tapi kalau masih diberi kesempatan berdialog melalui mediasi, kami akan lakukan," ujarnya.
Anggota FKP3 di Lampung, lanjut Fachri, siap berunding dan bersedia menanam kebaikan melalui mediasi. Yang terpenting hasil mediasi lebih komprehensif dan konkrit.
Sebagai informasi, para pensiunan karyawan Bank BRI yang menamakan dirinya FKP3 menuntut pesangon yang tak kunjung diberikan pihak BRI. Tuntutan itu dilakukan dengan menggelar sejumlah aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap manajemen BRI. (Rmn)
Fachri mengatakan, memang sebagian anggotanya saat ini makin resah akibat tidak ada tanda-tanda penyelesaian win-win solution. Karenanya, ia juga mendukung anggotanya yang memilih jalur mediasi seperti yang difasilitasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
"Sikap kami sudah jelas. Kawan-kawan di Lampung akan menempuh jalan mediasi tanpa perlu menunggu persetujuan dari daerah lain. Kami sudah mendatangi kantor Kemenakertrans pada tanggal 10 September kemarin untuk menjajaki pengajuan mediasi," ujar Fachri dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Kendati jika anggota FKP3 lain masih memilih opsi aksi turun jalan, Fachri mempersilakan. Tapi secara pribadi, dia berpendapat bahwa akan lebih baik jika jalur yang ditempuh adalah mediasi.
"Ada sebagian yang mendesak supaya mediasi dilakukan seluruh anggota. Tapi bagi saya, satu orang yang punya opsi mediasi yang bisa berguna itu lebih baik, daripada banyak orang tapi tidak benar, itu percuma," ujar Fachri.
Fachri juga menghimbau agar pimpinan FKP3 daerah lain tidak terlalu ngotot berunjuk rasa, jika memang masih terbuka peluang dialog dan berunding melalui mediasi. Jangan sampai hanya demi kepentingan pribadi, para pensiunan lain di daerah dikorbankan.
"Mungkin teman-teman di FKP3 Pusat itu lama-lama lelah dan jadi bingung. Sebenarnya, agenda demo sudah lama, tapi kalau masih diberi kesempatan berdialog melalui mediasi, kami akan lakukan," ujarnya.
Anggota FKP3 di Lampung, lanjut Fachri, siap berunding dan bersedia menanam kebaikan melalui mediasi. Yang terpenting hasil mediasi lebih komprehensif dan konkrit.
Sebagai informasi, para pensiunan karyawan Bank BRI yang menamakan dirinya FKP3 menuntut pesangon yang tak kunjung diberikan pihak BRI. Tuntutan itu dilakukan dengan menggelar sejumlah aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap manajemen BRI. (Rmn)