Sukses

Bau Bensin Melekat di Baju, Tanda Pencemaran Udara Jakarta Parah!

Akibat pencemaran udara, masyarakat Jakarta harus membayar sekitar Rp 38,5 triliun untuk biaya kesehatan.

Polusi membuat warga ibukota sesak nafas. Menurut Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin, parahnya kualitas udara makin memburuk akibat asap kendaraan

"Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia pada 2006, menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di bawah garis rata-rata layak untuk paru-paru," kata dia di Jakarta, 12 September 2013.

Riset tersebut dilakukan untuk memeriksa kadar hidrokarbon yang ada di udara di wilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan riset tersebut, urine masyarakat DKI Jakarta sudah mengandung hidrokarbon sebanyak empat kali lipat lebih tinggi dari yang diperbolehkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Lalu kadar Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam urine masyarakat sudah mencapai 30 kali lipat dari yang disarankan oleh WHO," tambah Ahmad.

Dia menambahkan, ada cara yang paling mudah untuk mengetahui indikator buruknya udara di Jakarta.

Yakni, masyarakat yang menggunakan transportasi umum atau sedang berjalan kaki di pusat kota, lalu mencium bau bensin menempel pada pakaian dan kulit.  "Itu sudah menandakan bahwa polusi udara di lokasi tersebut sudah sangat parah."
    
Sementara, berdasarkan hasil penelitian KPBB bekerja sama dengan bersama dengan United States - Environmental Protection Agency (UNEP US- EPA) dan Kementerian Lingkungan Hidup, sekitar 5 juta penduduk Indonesia menderita penyakit yang terkait dengan pencemaran udara.
 
"Penelitian pada 2010 itu mencatat 57,8 persen atau setara dengan sekitar lima juta penduduk Indonesia mengalami penyakit akibat polusi udara," imbuh Ahmad Syafrudin.Angka 57 persen tersebut setara dengan sekitar 5 juta orang yang tinggal di Jakarta.
 
Dari sekitar 5 juta jiwa tersebut tercatat 2,5 juta jiwa menderita infeksi saluran pernapasan akut (Ispa), 300 ribu jiwa menderita penyempitan saluran pernafasan, sekitar 300 ribu jiwa menderita penyakit jantung koroner, dan sisanya menderita penyakit akibat pencemaran udara lainnya seperti pneumonia.

"Karena pencemaran udara yang menyebabkan penyakit ini, maka masyarakat Jakarta harus membayar sekitar Rp 38,5 triliun untuk biaya kesehatan," jelasnya. (Ant/Ein)