Ketua DPR Marzuki Alie menilai, mobil Esemka yang dulu didorong mantan Walikota Solo Joko Widodo sebagai mobil nasional, tak jauh beda dengan kebijakan mobil murah ramah lingkungan yang kini dikeluarkan pemerintahan SBY. Hal ini terkait keberatan Jokowi atas kebijakan mobil yang bakal memperparah kemacetan ibukota.
"Itu kan (Esemka) hanya nama. Coba ini (mobil murah) kita ributkan. Soal nama kok, just a name ya. Untuk apa arti nama. Mobil nasional (Esemka) semua isinya impor semua," kata Marzuki di warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2013).
Marzuki pun mencontohkan, mobil Timor yang dulu diprakarsai Tommy Soeharto namun mangkrak dan tak mampu membangkitkan industri tanah air. "Dulu mobil Timor. Tapi semuanya impor dari Korea. Kita tidak bangun industri dalam negeri," ujar Marzuki.
Marzuki berharap, bangsa Indonesia mampu mengembangkan mobil murah sebagai pijakan dalam membangkitkan industri otomotif Tanah Air. "Yang penting, mau nggak kita membangun industri dalam negeri. Seluruh bahan bakunya dalam negeri, tenaganya dalam negeri serta teknologinya juga dalam negeri," tutur Marzuki.
Sementara, ketika disinggung kebijakan mobil murah saat ini belum mampu menciptakan industri otomotif asli Indonesia, Marzuki tak mempersoalkan hal itu.
"Mau namanya apa kek, nggak ada urusan. Yang penting semunya di dalam negeri, bahannya dalam negeri, orangnya dalam negeri, teknologi dalam negeri. Disebut mobil nasional, nggak nasional nggak ada urusan. Itu hanya istilah saja," pungkas peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini.
Mobil Esemka sebelumnya mencuat saat Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saat itu Jokowi sangat getol memperjuangkan mobil Esemka menjadi mobil nasional. Namun saat gagal uji emisi di Jakarta, mobil Esemka itu pun hilang dari hingar-bingar kesibukan Gubernur DKI Jakarta ini. (Ali/Mut)
"Itu kan (Esemka) hanya nama. Coba ini (mobil murah) kita ributkan. Soal nama kok, just a name ya. Untuk apa arti nama. Mobil nasional (Esemka) semua isinya impor semua," kata Marzuki di warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2013).
Marzuki pun mencontohkan, mobil Timor yang dulu diprakarsai Tommy Soeharto namun mangkrak dan tak mampu membangkitkan industri tanah air. "Dulu mobil Timor. Tapi semuanya impor dari Korea. Kita tidak bangun industri dalam negeri," ujar Marzuki.
Marzuki berharap, bangsa Indonesia mampu mengembangkan mobil murah sebagai pijakan dalam membangkitkan industri otomotif Tanah Air. "Yang penting, mau nggak kita membangun industri dalam negeri. Seluruh bahan bakunya dalam negeri, tenaganya dalam negeri serta teknologinya juga dalam negeri," tutur Marzuki.
Sementara, ketika disinggung kebijakan mobil murah saat ini belum mampu menciptakan industri otomotif asli Indonesia, Marzuki tak mempersoalkan hal itu.
"Mau namanya apa kek, nggak ada urusan. Yang penting semunya di dalam negeri, bahannya dalam negeri, orangnya dalam negeri, teknologi dalam negeri. Disebut mobil nasional, nggak nasional nggak ada urusan. Itu hanya istilah saja," pungkas peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini.
Mobil Esemka sebelumnya mencuat saat Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saat itu Jokowi sangat getol memperjuangkan mobil Esemka menjadi mobil nasional. Namun saat gagal uji emisi di Jakarta, mobil Esemka itu pun hilang dari hingar-bingar kesibukan Gubernur DKI Jakarta ini. (Ali/Mut)