Sukses

Asrul Sani Meninggal Dunia

Budayawan Asrul Sani meninggal dunia di kediamannya di kawasan Pejaten, Pasarminggu, Jakarta Selatan. Sastrawan Angkatan `45 yang pernah meraih enam Piala Citra ini wafat karena sakit.

Liputan6.com, Jakarta: Ketika Asrul Sani berbicara tentang Heinrich Heine, aku harus membuka kuping dan mulut ternganga-nganga, begitu pula ketika berbicara tentang bahasa dan stilistika sangat fasih dan berlagak aristokrat. Dia membaca dan memiliki pengetahuan yang aku tidak punya. Pramoedya Ananta Toer menuliskan itu dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Kini, sosok cerdas itu telah wafat. Budayawan yang bersama dua tokoh Angkatan `45 (Chairil Anwar dan Rivai Apin) menerbitkan kumpulan sajak Tiga Menguak Takdir itu meninggal dunia di rumahnya di Jalan Attahiriyah Nomor 4E, Perumahan Warga Indah, kawasan Pejaten Barat, Pasarminggu, Jakarta Selatan, Ahad (11/1) sekitar pukul 22.15 WIB.

Tokoh Angkatan `45 ini mengembuskan napas terakhir pada usia 76 tahun karena sakit. Syauki, salah seorang putranya mengatakan, almarhum meninggal dunia karena sakit, juga karena sudah tua. Sejak menjalani operasi tulang pinggul sekitar satu setengah tahun silam, kesehatan Asrul Sani terus menurun.

Almarhum meninggalkan seorang istri (Mutiara Sani), tiga anak, dan enam cucu. Dari penyair Siti Nuraini, istri pertamanya, dokter hewan ini juga mendapat tiga anak. Menurut rencana, jenazah Asrul Sani dimakamkan Senin ini setelah disemayamkan di Galeri Citra II Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Itu dilakukan untuk memberi kesempatan kepada rekan-rekan almarhum dan masyarakat yang ingin melayat.

Asrul Sani, nama besar di dunia kesenian Indonesia. Selain sajak, seniman yang lahir di Pasaman, Sumatra Barat, 10 Juni 1927 ini juga menghasilkan sejumlah cerita pendek, esai, skenario drama dan film. Pendiri Akademi Teater Nasional Indonesia ini terjun ke dunia perfilman menyusul persinggungannya dengan tokoh film Indonesia almarhum Usmar Ismail. Jika sebelumnya banyak menyutradarai drama panggung karya Jean-Paul Sartre, Asrul menyutradarai film pertamanya Titian Serambut Dibelah Tujuh pada 1959.

Sejak itu, banyak film lahir dari tangannya. Enam Piala Citra pun disabet sosok yang diakui Pramoedya sebagai anak cerdas ini. Bahkan, karyanya Apa yang Kaucari, Palupi? terpilih sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Asia pada 1970.

Asrul sempat berkiprah di dunia politik. Pada 1966, dia menjadi wakil Nahdlatul Ulama di DPR Gotong Royong. Bahkan, hingga dilebur dalam Partai Persatuan Pembangunan pun Asrul masih duduk di Parlemen hingga 1982.(SID/Dwiwati Riandhini dan Yuli Sasmito)
    Video Terkini