Sukses

Ungkap Suap CHA, Komisioner KY Minta Jaminan ke BK DPR

Jaminan itu diminta karena Imam mengakui dirinya tidak memiliki bukti kuat atas pernyataan yang pernah dilontarkannya itu.

Komisioner Komisi Yudisial Imam Anshory Saleh menyatakan siap membeberkan nama-nama oknum DPR yang mencoba menyuapnya saat seleksi calon hakim agung (CHA). Namun, Imam meminta jaminan ke Badan Kehormatan DPR.

"Nanti bagaimana mereka berikan jaminan-jaminan kepada saya," kata Imam di Ruang BK Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (25/9/2013).

Jaminan itu diminta karena Imam mengakui dirinya tidak memiliki bukti kuat atas pernyataan yang pernah dilontarkannya itu. "Jaminannya dari sisi hukum, karena nggak ada bukti yang konkret," ujarnya.

Imam pernah menyatakan memiliki pengalaman saat sedang menyeleksi calon hakim agung. Dia pernah diimingi Rp 1,4 miliar untuk meloloskan salah satu calon.

"Dalam seleksi sebelumnya, saya pernah ditawari Rp 1,4 miliar oleh orang yang mengaku dari DPR untuk meloloskan calon tertentu. Uang itu untuk dibagi ke 7 komisioner KY," kata Imam saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (19/9/2013).

Imam mengaku langsung menolak tawaran tersebut. Calon yang dimaksud pun kebetulan tak lolos untuk menjalani ujian di DPR. "Tak mungkin saya terima, kalau calon Hakim Agung seperti itu bagaimana nanti rusak masa depan hukum kita," ujar mantan Wakil Ketua KY itu.

Pernyataan Imam ini terkait dengan kasus insiden toilet antara hakim Pengadilan Tinggi Pontianak Sudrajad Dimyati dan Anggota Komisi III DPR Fraksi PKB Bachrudin Nasori. Keduanya telah membantah terlibat suap terkait seleksi calon hakim agung. Hakim Sudrajad pun akhirnya tak lolos sebagai hakim agung. (Ary)