Liputan6.com, Pontianak: Seperempat abad adalah rentang waktu yang panjang. Selama itulah tahta Kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat, tak ada yang memegang. Namun belum lama berselang, pihak Istana Kadriah Kesultanan Pontianak mengangkat sultan kesembilan, yakni Sultan Syarif Abubakar Alkadrie. Penguasa baru ini bergelar Pangeran Mas Perdana Agung.
Upacara penobatan berlangsung di Istana Kadriah yang terletak di Kampung Dalam, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, atau satu kilometer dari pusat Kota Pontianak. Selain keluarga dan kerabat Kesultanan Pontianak, penobatan Sultan Syarif Abubakar Alkadrie dihadiri pula oleh sejumlah utusan dari berbagai keraton di antara. Mereka mengenakan pakaian kebesaran istana masing masing.
Semenjak wafatnya Sultan Syarif Hamid II Alkadrie, 25 tahun lampau, Kesultanan Pontianak tak memiliki sultan. Ini lantaran anak kandung Sultan Hamid II, Syarif Yusuf Alkadrie sebagai putra mahkota menetap di Belanda. Para ahli waris Kesultanan Pontianak dari Dinasti Alkadrie akhirnya menyepakati mengangkat salah seorang kerabat mereka bernama Syarif Abubakar Alkadrie. Jauh sebelumnya, tepatnya 29 Januari 2001, Syarifah Khadijah Alkadrie bergelar Ratu Perbu Wijaya mengukuhkan Kerabat Muda Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan nilai budaya yang positif dari leluhur mereka, termasuk menghidupkan atau melestarikannya.
Berpegang acuan tersebut, maka prosesi pelantikan Syarif Abubakar Alkadrie sebagai sultan kesembilan diawali dengan permintaan restu dari kerabat istana tertua, Syarifah Khadijah Alkadrie yang berusia 100 tahun. Sang Ratu kemudian menyerahkan sebilah keris pusaka kepada Sultan yang baru. Habis itu, Sultan Syarif Abubakar Alkadrie melakukan kirab dari depan pintu Kota Keraton dengan diiringi musik tanjidor serta payung kuning kebesaran menuju Istana Kadriah.
Setibanya di dalam Istana Kadriah yang dibangun pada tahun 1771 tersebut, Sultan Pontianak IX ini dilantik oleh Ketua Persatuan Keraton Nusantara Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Seluruh tamu yang hadir juga mendapat jamuan makan ala Melayu tempo dulu, yaitu makan saprahan--makan sambil duduk bersila di lantai dengan hidangan yang disusun memanjang dan saling berhadapan.
Awal mula Kesultanan Pontianak memang tak terlepas dari sejarah Kota Pontianak. Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah yang bertepatan pada 23 Oktober 1771, rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka hutan di persimpangan tiga sungai, Sungai Landak, Kapuas Kecil, dan Kapuas. Alkadrie kemudian mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak karena dulunya banyak kuntilanak yang gentayangan. Selanjutnya, berkat kepemimpinan Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota perdagangan dan pelabuhan.
Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama. Dia memerintah hingga tahun 1808. Berikutnya, Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819), Syarif Osman Alkadrie (1819-1855), Syarif Hamid Alkadrie (1855-1872), Syarif Yusuf Alkadrie (1872-1895), Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944), Syarif Thaha Alkadrie (1944-1945), dan Syarif Hamid II Alkadrie (1945-1950).(ANS/Amin Alkadrie)
Upacara penobatan berlangsung di Istana Kadriah yang terletak di Kampung Dalam, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, atau satu kilometer dari pusat Kota Pontianak. Selain keluarga dan kerabat Kesultanan Pontianak, penobatan Sultan Syarif Abubakar Alkadrie dihadiri pula oleh sejumlah utusan dari berbagai keraton di antara. Mereka mengenakan pakaian kebesaran istana masing masing.
Semenjak wafatnya Sultan Syarif Hamid II Alkadrie, 25 tahun lampau, Kesultanan Pontianak tak memiliki sultan. Ini lantaran anak kandung Sultan Hamid II, Syarif Yusuf Alkadrie sebagai putra mahkota menetap di Belanda. Para ahli waris Kesultanan Pontianak dari Dinasti Alkadrie akhirnya menyepakati mengangkat salah seorang kerabat mereka bernama Syarif Abubakar Alkadrie. Jauh sebelumnya, tepatnya 29 Januari 2001, Syarifah Khadijah Alkadrie bergelar Ratu Perbu Wijaya mengukuhkan Kerabat Muda Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan nilai budaya yang positif dari leluhur mereka, termasuk menghidupkan atau melestarikannya.
Berpegang acuan tersebut, maka prosesi pelantikan Syarif Abubakar Alkadrie sebagai sultan kesembilan diawali dengan permintaan restu dari kerabat istana tertua, Syarifah Khadijah Alkadrie yang berusia 100 tahun. Sang Ratu kemudian menyerahkan sebilah keris pusaka kepada Sultan yang baru. Habis itu, Sultan Syarif Abubakar Alkadrie melakukan kirab dari depan pintu Kota Keraton dengan diiringi musik tanjidor serta payung kuning kebesaran menuju Istana Kadriah.
Setibanya di dalam Istana Kadriah yang dibangun pada tahun 1771 tersebut, Sultan Pontianak IX ini dilantik oleh Ketua Persatuan Keraton Nusantara Kanjeng Pangeran Haryo Kusumodiningrat dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Seluruh tamu yang hadir juga mendapat jamuan makan ala Melayu tempo dulu, yaitu makan saprahan--makan sambil duduk bersila di lantai dengan hidangan yang disusun memanjang dan saling berhadapan.
Awal mula Kesultanan Pontianak memang tak terlepas dari sejarah Kota Pontianak. Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah yang bertepatan pada 23 Oktober 1771, rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie membuka hutan di persimpangan tiga sungai, Sungai Landak, Kapuas Kecil, dan Kapuas. Alkadrie kemudian mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat tersebut diberi nama Pontianak karena dulunya banyak kuntilanak yang gentayangan. Selanjutnya, berkat kepemimpinan Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota perdagangan dan pelabuhan.
Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak Pertama. Dia memerintah hingga tahun 1808. Berikutnya, Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819), Syarif Osman Alkadrie (1819-1855), Syarif Hamid Alkadrie (1855-1872), Syarif Yusuf Alkadrie (1872-1895), Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944), Syarif Thaha Alkadrie (1944-1945), dan Syarif Hamid II Alkadrie (1945-1950).(ANS/Amin Alkadrie)