Kabar duka datang dari dunia Kedokteran Forensik. Sang Ahli Forensik Abdul Mun'im Idries wafat pada Jumat (27/9/2013) dini hari di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Ia meninggal dalam usia 66 tahun.
Menurut blog pribadi Munim, abdulmunimidries.blogspot.com, Mun'im lahir di Pekalongan, 25 Mei 1947. Ia menghabiskan masa kecilnya bersekolah di SD Negeri Taman Sari I Pagi, Jakarta. Masa SMP-nya, ia tempuh di SMPN IV, Jakarta. Dan masa remajanya, ia duduk di SMAN X, Jakarta.
Usai lulus SMA, Mun'im menempuh pendidikan di FKUI, dokter-umum hingga S1. Tak puas dengan ilmu yang diraih, Mun'im mendalaminya kembali dengan menempuh S2 di FKUI, dokter Spesialis Forensik.
Jabatan yang ia pegang sebelum wafat, di antaranya, Lektor pada bagian IKF (Ilmu Kedokteran Forensik) FKUI, Ketua Tim pemeriksa di TKP (Lembaga Kriminologi UI/IKF FKUI-PMJ), Ketua BPA (Badan Pembelaan Anggota), MP2A (MAjelis Pembinaan dan Pembelaan Anggota) IDI Wilayah DKI Jaya.
Berdasar sumber yang dihimpun, meski kepakaran Mun'im dalam dunia kedokteran forensik diakui, namun siapa sangka, keterlibatannya dalam dunia forensik tak pernah ia rencanakan.
Mun'im muda bercita-cita ingin melanjutkan studinya di jurusan kimia pada sebuah institut teknik ternama. Namun, kondisi finansial keluarga yang tak mendukung, membuat impian Mun'im muda menjadi kandas. Tak patah arang, meski 'salah jurusan' atau menempuh bidang yang tak diniatkan, adik kandung psikolog Dadang Hawari ini pun memantapkan hati menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang menjadi tempat titik tolak perjalanan kariernya.
Sejak menjalani pendidikan dokter umum, sosok yang identik dengan jaket hitam dan topi ini telah menunjukkan minat yang sangat besar pada forensik. Ia beranggapan ilmu itu dinamis dan berbeda dari pengetahuan kedokteran lainnya.
Mun'im memilih berkecimpung pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Padahal, saat bersamaan ia diterima oleh Departemen Ilmu Penyakit Dalam, spesialisasi favorit yang sulit ditembus oleh semua orang kala itu.
Sejumlah kasus besar pernah ditanganinya di antaranya Kasus Petrus, Kasus Pedofil dengan tersangka Robot Gedhek, Kasus perkosaan massal 13-14 Mei dan Kasus Ita, Kasus Trisakti, Kasus Semanggi, Kasus Buruh Marsinah, dan kasus kematian aktivis HAM Munir.
Kini, Mun'im telah menghembuskan nafas terakhirnya di RS Ciptomangunkusumo, Jakarta. Menurut Dadang Hawari, Mun'im Idries meninggal setelah menderita penyakit kandung empedu.
Jenazah saat ini disemayamkan di Forensik RSCM, Salemba, Jakarta Pusat. Rencananya akan dimakamkan usai salat Jumat. (Ali)
Menurut blog pribadi Munim, abdulmunimidries.blogspot.com, Mun'im lahir di Pekalongan, 25 Mei 1947. Ia menghabiskan masa kecilnya bersekolah di SD Negeri Taman Sari I Pagi, Jakarta. Masa SMP-nya, ia tempuh di SMPN IV, Jakarta. Dan masa remajanya, ia duduk di SMAN X, Jakarta.
Usai lulus SMA, Mun'im menempuh pendidikan di FKUI, dokter-umum hingga S1. Tak puas dengan ilmu yang diraih, Mun'im mendalaminya kembali dengan menempuh S2 di FKUI, dokter Spesialis Forensik.
Jabatan yang ia pegang sebelum wafat, di antaranya, Lektor pada bagian IKF (Ilmu Kedokteran Forensik) FKUI, Ketua Tim pemeriksa di TKP (Lembaga Kriminologi UI/IKF FKUI-PMJ), Ketua BPA (Badan Pembelaan Anggota), MP2A (MAjelis Pembinaan dan Pembelaan Anggota) IDI Wilayah DKI Jaya.
Berdasar sumber yang dihimpun, meski kepakaran Mun'im dalam dunia kedokteran forensik diakui, namun siapa sangka, keterlibatannya dalam dunia forensik tak pernah ia rencanakan.
Mun'im muda bercita-cita ingin melanjutkan studinya di jurusan kimia pada sebuah institut teknik ternama. Namun, kondisi finansial keluarga yang tak mendukung, membuat impian Mun'im muda menjadi kandas. Tak patah arang, meski 'salah jurusan' atau menempuh bidang yang tak diniatkan, adik kandung psikolog Dadang Hawari ini pun memantapkan hati menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang menjadi tempat titik tolak perjalanan kariernya.
Sejak menjalani pendidikan dokter umum, sosok yang identik dengan jaket hitam dan topi ini telah menunjukkan minat yang sangat besar pada forensik. Ia beranggapan ilmu itu dinamis dan berbeda dari pengetahuan kedokteran lainnya.
Mun'im memilih berkecimpung pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Padahal, saat bersamaan ia diterima oleh Departemen Ilmu Penyakit Dalam, spesialisasi favorit yang sulit ditembus oleh semua orang kala itu.
Sejumlah kasus besar pernah ditanganinya di antaranya Kasus Petrus, Kasus Pedofil dengan tersangka Robot Gedhek, Kasus perkosaan massal 13-14 Mei dan Kasus Ita, Kasus Trisakti, Kasus Semanggi, Kasus Buruh Marsinah, dan kasus kematian aktivis HAM Munir.
Kini, Mun'im telah menghembuskan nafas terakhirnya di RS Ciptomangunkusumo, Jakarta. Menurut Dadang Hawari, Mun'im Idries meninggal setelah menderita penyakit kandung empedu.
Jenazah saat ini disemayamkan di Forensik RSCM, Salemba, Jakarta Pusat. Rencananya akan dimakamkan usai salat Jumat. (Ali)