Sukses

Percakapan Mun'im Idries dan Petinggi Polri Soal Pembunuhan Munir

"Kalau kita tidak bisa memasukkan seseorang ke dalam tahanan sebagai pelaku, dana dari luar negeri tidak cair."

Pembunuhan aktivis hak asai manusia Munir menjadi salah satu kasus yang ditulis ahli forensik Abdul Mun'im Idries dalam bukunya Indonesia X-File. Dalam salah satu bagian cerita, Mun'im menuliskan komunikasinya dengan Bambang Hendarso Danuri saat menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri yang saat itu berpangkat Komisaris Jenderal.

Dalam buku itu, Mun'im mengaku ditelepon oleh Bambang Hendarso Danuri alias BHD. Mun'im diundang ke Mabes Polri untuk membicarakan kasus Munir. BHD berbicara singkat. "Dokter, ini untuk Merah Putih (Indonesia)," kata BHD seperti ditulis Mun'im dalam Indonesia X-Files.

Mendengar pernyataan itu, Mun'im merasa bingung. Dia balik bertanya kepada BHD yang kemudian hari menjabat sebagai Kapolri itu. "Lho, kenapa Pak?" tanya Mun'im. Mendapat pertanyaan Mun'im, BHD pun memberi penjelasan jika kasus pembunuhan Munir tidak terungkap.

"Kalau kita tidak bisa memasukkan seseorang ke dalam tahanan sebagai pelaku, dana dari luar negeri tidak cair. Karena dia tokoh HAM. Kemudian obligasi (surat-surat berharga) kita tidak laku, Dok," tulis Mun'im mengutip BHD.

"Oh, begitu," kata Mun'im setelah dijelaskan.

Setelah itu, BHD kembali bertanya kepada Mun'im apakah bersedia terlibat dalam pengungkapan kasus Munir atau tidak. Akhirnya, Mun'im pun setuju. Sejak itu, Mun'im melakukan pembahasan soal kasus kematian Munir.

Menurut Mun'im, kejanggalan kasus pembunuhan Munir itu sudah bisa diketahui dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Sebab, dari sekian banyak CCTV, hanya 2 yang aktif. Operatornya sedikit.

Mun'im juga melihat kejanggalan surat perintah dari maskapai Garuda Indonesia kepada Pollycarpus Budihari Priyanto yang ikut penerbangan dari Indonesia menuju Singapura. "Mengapa surat perintah yang dikeluarkan untuk teknisi, padahal dia pilot?"

Garuda yang akan terbang ke Bandara Schiphol, Belanda itu juga ditunda beberapa kali. Ini juga menjadi kecurigaan Mun'im. "Ternyata hal itu terjadi menunggu pesawat garuda dari Singapura. Pesawat tersebut berisi Pollycarpus. Jadi dia dipersiapkan di sana."

Saat ini, Pollycarpus telah divonis 20 tahun penjara. Dia dinyatakan terbukti meracuni Munir menggunakan arsenik saat berada di Cafe Bean Singapura. "Dalam pandangan saya, Munir sengaja digiring ke Cafe Bean dan di situlah arseniknya diberikan," tulis Mun'im. (Eks/Yus)