Benget Situmorang, terdakwa pemutilasi istri meninggal dunia di Rutan Cipinang, Jakarta Timur, sekitar pukul 21.05 WIB semalam. Sebelum meninggal dunia karena penyakit TBC yang dideritanya, pria yang dituntut hukuman mati itu sempat menyampaikan pesan terakhir.
"Ada permintaan 3 hari lalu, dia minta kaus kaki, piyama dan obat," kata paman Benget, Mangasih Situmorang, di RS Umum Pengayoman, Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (1/10/2013).
Selain kaus kaki, piyama dan obat-obatan, ada lagi permintaan terakhir pria yang memutilasi istrinya, Darna Sri Astuti, pada 5 Maret 2013 itu. Apa permintaan itu? "Kalau aku mati, harus kau yang kubur," kutip Mangasih menirukan pernyataan kemenakannya itu.
Mangasih mengakui, Benget merupakan keponakan yang cukup nakal. "Tetapi masih hormat pada saya," ujar dia.
Dari pihak keluarga, Mangasih yang mengurus jenazah Benget. Karena sang ayah, Garonggi Situmorang, yang tinggal di Ambarita, Samosir, Sumatra Utara, memiliki hubungan yang buruk dengan Benget.
Benget merupakan anak tertua dari 4 bersaudara. Benget dibawa ke Jakarta sekitar tahun 1996 oleh neneknya dan tinggal di kawasan Otista, Jakarta Timur. "Saya sudah tahu dia nakal dan tidak cocok dengan bapaknya," ujar Mangasih. (Ism/Yus)
"Ada permintaan 3 hari lalu, dia minta kaus kaki, piyama dan obat," kata paman Benget, Mangasih Situmorang, di RS Umum Pengayoman, Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (1/10/2013).
Selain kaus kaki, piyama dan obat-obatan, ada lagi permintaan terakhir pria yang memutilasi istrinya, Darna Sri Astuti, pada 5 Maret 2013 itu. Apa permintaan itu? "Kalau aku mati, harus kau yang kubur," kutip Mangasih menirukan pernyataan kemenakannya itu.
Mangasih mengakui, Benget merupakan keponakan yang cukup nakal. "Tetapi masih hormat pada saya," ujar dia.
Dari pihak keluarga, Mangasih yang mengurus jenazah Benget. Karena sang ayah, Garonggi Situmorang, yang tinggal di Ambarita, Samosir, Sumatra Utara, memiliki hubungan yang buruk dengan Benget.
Benget merupakan anak tertua dari 4 bersaudara. Benget dibawa ke Jakarta sekitar tahun 1996 oleh neneknya dan tinggal di kawasan Otista, Jakarta Timur. "Saya sudah tahu dia nakal dan tidak cocok dengan bapaknya," ujar Mangasih. (Ism/Yus)